Belum Optimal, Industri Pengolahan Pisang di Jabar

Dublin Core

Judul

Belum Optimal, Industri Pengolahan Pisang di Jabar

Deskripsi

Pisang merupakan salah satu sumber daya lokal potensial, dan Jawa Barat
merupakan sentra produksi pisang nomor 1 di Indonesia. Untuk itu, perlu dilakukan pengembangan potensi
pisang dalam sektor industri, diantaranya adalah industri pengolahan. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, Ferry Sofwan Arif, mengatakan bahwa
pengembangan industri pengolahan semestinya sudah dapat dilakukan di desadesa.
Dengan demikian,
kebutuhan masyarakat desa akan hasil olahan pisang sudah dapat terpenuhi. Pengolahan tersebut
termasuk pengeringan dan penepungan.
“Kalau industrinya ada di desa, Posyandu akan dapat disupply
kebutuhan akan tepung pisang,” ujar Ferry
mencontohkan.
Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi pembicara pada Saresehan Nasional Pisang, di Bale Rucita,
Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran kampus Jatinangor, Kamis (26/11). Acara ini digelar oleh
Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unpad, dan dibuka oleh Dr. Ayi Bahtiar, M.Si. selaku
Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Dengan mengembangkan industri pengolahan, maka diharapkan juga dapat meminimalisir jumlah limbah
pisang. Seluruh bagian pisang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat, termasuk bonggol dan kulit
pisang yang dapat diolah menjadi tepung pisang.
Selain itu, menurut Ferry, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan potensi pisang, terutama dalam
industri kreatif adalah karena masyarakat belum optimal memanfaatkan dan menghargai produk kita sendiri. “Untuk meningkatkan potensi, maka harus kembali ke masyarakatnya,” ujarnya.
Contohnya,meski pisang goreng merupakan makanan yang disukai banyak orang, namun menjadi kurang
“optimal” ketika tepung yang digunakan adalah tepung gandum hasil impor. Ferry menyarankan, agar lebih
optimal dalam pemanfaatan pisang, maka tepung yang digunakan dalam pisang goreng adalah tepung
pisang, dan sausnya pun berasal dari bahan pisang.
Pembicara lain, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Dr. Ir. Catur Hermanto, MP
mengatakan bahwa salah satu tantangan dalam pengembangan potensi pisang adalah dalam hal
penerapan teknologi, seringkali tidak diiringi oleh insentif harga.
Misalnya, ketika pisang susu diberi sentuhan teknologi sehingga menghasilkan buah yang mulus, ketika
dijual di pasar malah tidak mengalami kenaikan harga. “Penerapan teknologi sendiri kadangkadang
tidak
diapresiasi oleh pasar,” ungkap Catur.
Selain itu tantangan yang dihadapi adalah pencatatan dan pemanfaatan masih lemah, budidaya masih
dilakukan konvensional, kompleksitas hama dan penyakit, serta pengembangan pasca panen yang masih
lemah.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Holtikultura Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat, Ir.
Obas Firmansyah, MP., mengungkapkan bahwa salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pengembangan buah adalah dengan memperkuat kelembagaan petani.
“Yang kami rasakan dalam hal pembinaan di lapangan, kelembagaan pada umumnya masih lemah. Untuk
mensupport
atau meningkatkan kulitas supaya produk buah, khususnya pisang itu berkulitas dan berdaya
saing itu sulit. Karena kelembagaanya masih lemah,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Unpad pun berupaya mencetuskan terbentuknya Asosiasi Pisang Jawa Barat
(APJB) sebagai pengkaji regulasi kebijakan dan pusat inovasi teknologi, serta rantai pasok pemasaran
pisang dari hulu ke hilir dan Kampung Cau Padjadjaarn (KCP). Dalam acara ini, dibacakan deklarasi untuk
membentuk lembaga tersebut.*

Pembuat

Artanti Hendriyana

Sumber

http://www.unpad.ac.id/2015/11/belumoptimalindustripengolahanpisangdijabar/

Penerbit

Universitas Padjajaran

Tanggal

26 November 2015

Format

application/pdf

Bahasa

Indonesia

Item Relations

This item has no relations.

Collection

Citation

Artanti Hendriyana, “Belum Optimal, Industri Pengolahan Pisang di Jabar,” Digital Share Center, accessed 2 Mei 2024, http://journals.unpad.ac.id/document/1314.