Prof. Ina Primiana, “Harga Minyak Mentah Turun, Target APBN Tak Tercapai”

Dublin Core

Judul

Prof. Ina Primiana, “Harga Minyak Mentah Turun, Target APBN Tak Tercapai”

Deskripsi

Penurunan harga minyak mentah dunia yang berkisar antara 30 – 40 US Dollar/barel saat ini merupakan harga terendah dalam 15 tahun terakhir. Meski menyebabkan harga BBM menurun, kondisi ini justru merugikan pihak pelaku bisnis di sektor hulu migas nasional karena aktivitas eksplorasi dan produksi diprediksi akan menurun.

Prof. Dr. Ina Primiana, SE., MT., saat menjadi pembicara Seminar "Pengelolaan Industri Migas Indonesia dan Pengaruh Crude Price Saat Ini: Suatu Kolaborasi Pentahelix" di Aula Magister Manajemen Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 46 Bandung, Sabtu (19/03). (Foto oleh: Dadan T.)
Prof. Dr. Ina Primiana, SE., MT., saat menjadi pembicara Seminar “Pengelolaan Industri Migas Indonesia dan Pengaruh Crude Price Saat Ini: Suatu Kolaborasi Pentahelix” di Aula Magister Manajemen Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 46 Bandung, Sabtu (19/03). (Foto oleh: Dadan T.)
Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad Prof. Dr. Ina Primiana, S.E., M.T., mengungkapkan, menurunnya aktivitas eksplorasi dan produksi disebabkan biaya yang cenderung mahal serta sulitnya perizinan. Di sisi lain, penurunan harga minyak ini diprediksi akan meningkatkan konsumsi migas.

“Target lifting minyak yang telah ditetapkan dalam APBN sebesar 830 ribu barel/hari juga tidak akan tercapai,” ujar Prof. Ina saat menjadi pembicara dalam Seminar “Pengelolaan Industri Migas Indonesia dan Pengaruh Crude Price Saat Ini: Suatu Kolaborasi Pentahelix” di Aula Magister Manajemen Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 46 Bandung, Sabtu (19/03).

Seminar yang diselenggarakan oleh prodi Doktor Ilmu Manajemen ini menghadirkan pembicara yang merupakan representatif kolaborasi Pentahelix yang digagas Unpad. Selain Prof. Ina, pembicara yang tampil ialah Dr.Naryanto Wagimin (Direktur Teknik ESDM Dirjen Migas), Sigit Rahardjo (Vice President UTC PT. Pertamina), Benny Lubiantara (Dewan Pakar Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia ) dan Arief Budisusilo (Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia).

Prof. Ina memaparkan, penurunan harga ini terjadi karena pasokan minyak dunia saat ini lebih tinggi dari tingkat permintaannya. Ditemukannya shale oil sebagai cadangan minyak baru di Amerika menyebabkan negara tersebut tidak lagi mengimpor minyak dunia, sehingga pasokan minyak dunia saat ini berlimpah.

Lebih lanjut Prof. Ina mengatakan, pasca penurunan harga minyak, kontribusi sektor migas nasional terhadap APBN juga berkurang. Kontribusi tersebut berkisar antara 30 – 100 triliun, atau sekitar 85% target APBN tidak tercapai. Sementara konsumsi migas saat ini telah mencapai sekitar 1,6 juta barel/hari.

“Akibatnya kita harus impor,” kata Kaprodi Doktor Ilmu Manajemen Unpad tersebut.

20160319110957_IMG_7658
20160319120459_IMG_7747

20160319105609_IMG_7613
20160319112934_IMG_7703

Cadangan migas di Indonesia juga diprediksi terus menurun. Prof. Ina mengatakan, Pertamina hanya menguasai sekitar 10% dari total cadangan migas di Indonesia. Cadangan ini diperkirakan akan habis dalam 11 tahun ke depan apabila Pertamina tidak menambah cadangan migasnya.

Menurunnya harga minyak dunia ini diperkirakan tidak akan pulih dalam waktu dekat. Organisasi IMF memperkirakan harga minyak dunia ke depan akan terus turun hingga 5 – 10 US Dollar/barel. Menurut Benny Lubiantara proses recovery harga hingga 2020 diperkirakan masih sulit untuk bisa kembali ke level 80 US Dollar/barel.

Ia juga menyinggung menurunnya produksi migas di Indonesia. Turunnya harga minyak ternyata tidak sebanding dengan turunnya biaya eksplorasi. Persentase penurunan biaya eksplorasi biasanya hanya 30% dari ketika harga minyak turun sampai 60%. Sehingga biaya ini masih menjadi kendala utama sulitnya eksplorasi dan produksi bagi pelaku sektor hulu migas.

“Bisa nggak biaya tersebut diturunkan lagi guna menolong perekonomian dan harga yang sekarang,” kata Benny.

Lebih lanjut Benny menjelaskan, kondisi harga minyak yang turun sebenarnya menjadi peluang bagi industri hulu migas untuk melakukan eksplorasi. Perusahaan harus mampu melakukan efisiensi bisnis terlebih dahulu guna menekan biaya produksi.

“Eksplorasi ini guna meningkatkan jumlah pengelolaan migas kita. Jangan biarkan potensi migas kita terus dikelola oleh pihak asing,” kata Benny.*

Pembuat

Arief Maulana / eh

Sumber

https://www.unpad.ac.id/2016/03/prof-ina-primiana-harga-minyak-mentah-turun-target-apbn-tak-tercapai/

Penerbit

Unpad

Tanggal

21 Maret 2016

Format

Aplication/pdf

Bahasa

Bahasa indonesia

Item Relations

This item has no relations.

Collection

Citation

Arief Maulana / eh , “Prof. Ina Primiana, “Harga Minyak Mentah Turun, Target APBN Tak Tercapai”,” Digital Share Center, accessed 25 April 2024, http://journals.unpad.ac.id/document/2061.