Waduk Jatigede Jangan Sejahterakan Daerah Hilir Tapi Abaikan Masyarakat Terkena Dampak

Dublin Core

Judul

Waduk Jatigede Jangan Sejahterakan Daerah Hilir Tapi Abaikan Masyarakat Terkena Dampak

Deskripsi

Dalam pembangunan Waduk Jatigede, semestinya bukan hanya ditafsirkan akan menyejahterakan masyarakat daerah hilir, tetapi juga musti memperhatikan masyarakat yang terkena dampak pembangunan. Diharapkan, win-win solution ini akan menjadi acuan dalam pembangunan tersebut.
Hal tersebut disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Padjadjaran, Prof. Maman Haeruman, saat menjadi salah satu pembicara dalam Lokakarya Nasional “Evaluasi Resettlement Orang Terkena Dampak (OTD) Waduk Jati Gede”, di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Senin (21/12).

“Hindari zero sum game. Jadi jangan sampai ibarat main poker. Orang hilir menjadi lebih sejahtera, orang hulunya malah menjadi sengsara,” ujar Prof. Maman.

Menurut Prof. Maman, membangun waduk seharusnya dapat memeratakan kesejahteraan. Bukan malah membuat menjadi timpang. “Jadi kalau misalnya ada ketimpangan, ini ada sesuatu yang salah,” tuturnya.

Selain itu, mengingat banyaknya OTD yang menggeluti usaha pertanian, semestinya dominasi basis usaha pertanian OTD juga diperkuat. Saat ini, salah satu masalah yang muncul adalah adanya upaya resettlement pada ekosistem yang berbeda. Dari yang mulanya masyarakat menjadi petani dengan bersawah pada lahan berair, menjadi beternak sapi ke lahan kering.

“Masyarakat di hulu basis usahanya pertanian, mereka harus dikasih kesempatan juga mengembangkan usaha pertanian,” kata Prof. Maman.

Acara ini terselenggara atas kerja sama tim Academic Leaderships Grant (ALG) Jatigede Unpad dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang dan Badan Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (BP3IPTEK) Jawa Barat.

Ketua tim ALG Jatigede, Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Prof. Dr. Opan S. Suwartapradja, M.Si mengatakan bahwa “resettlement” yang dikaji oleh timnya adalah mengacu kepada penciptaan lapangan usaha bagi OTD. Dalam kajiannya itu, lebih berfokus kepada OTD yang pindah dari sekitar genangan, dalam satu desa yang sama/luar desa dalam kecamatan yang sama.

Menurutnya, dalam pembangunan Waduk Jatigede, masalah yang terjadi bukan lagi masalah teknik, melainkan masalah sosial. Seperti buruh tani yang kehilangan pekerjaan, hilangnya lahan pertanian, hingga pecahnya komunitas.

Dalam penelitian dan pengabdian yang akan dilakukan selama 4 tahun, tujuan akhirnya adalah diraihnya pendapatan bagi OTD. Kegiatan yang dilakukan dimulai dari identifikasi data dasar, identifikasi jumlah dan potensi yang dimiliki OTD, diadakannya sosialisasi dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan OTD, hingga implementasi, pengawasan, dan evaluasi.

Adapun tujuan diadakannnya lokakarya ini adalah untuk mengevaluasi program pemukiman kembali penduduk yang terkena Waduk Jatigede, dan mensinergikan kembali program pemukiman ALG Jatigede FISIP Unpad dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang dan BP3IPTEK Provinsi Jawa Barat. Acara ini digelar hingga Selasa (22/12) besok dengan menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai institusi, diantaranya adalah Kepala Samsat Pembangunan Waduk Jatigede Prof. Dr. Denny Djuanda serta Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk dan Cisanggarung

Pembuat

Artanti Hendriyana / eh

Sumber

http://www.unpad.ac.id/2015/12/waduk-jatigede-jangan-sejahterakan-daerah-hilir-tapi-abaikan-masyarakat-terkena-dampak/

Penerbit

Universitas Padjajaran

Tanggal

21 Desember 2015

Format

application/pdf

Bahasa

Bahasa Indonesia

Item Relations

This item has no relations.

Document Viewer

Files

Waduk Jatigede Jangan Sejahterakan Daerah Hilir Tapi Abaikan Masyarakat Terkena Dampak.pdf

Collection

Citation

Artanti Hendriyana / eh, “Waduk Jatigede Jangan Sejahterakan Daerah Hilir Tapi Abaikan Masyarakat Terkena Dampak,” Digital Share Center, accessed 2 Mei 2024, http://journals.unpad.ac.id/document/2154.