ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN BAWANG MERAH DI PROVINSI JAWA BARAT
Abstrak
ABSTRAK
Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan sayuran rempah yang umum dikonsumsi oleh
masyarakat di Indonesia. BPS memperkirakan bahwa kenaikan harga bawang merah merupakan
penyebab terbesar ke dua setelah kenaikan BBM pada bulan Maret 2015. Rendahnya tingkat
produktivitas bawang merah dan karakteristik produksi bawang merah yang bergantung pada musim
tidak mampu mengimbangi tingkat permintaan yang cenderung konstan. Kondisi ini menyebabkan
kesenjangan (gap) antara pasokan (supply) dan permintaan (demand) sehingga menyebabkan
fluktuasi harga antar waktu. Penelitian ini menganalisa permintaan dan penawaran bawang merah di
Indonesia sehingga dapat dihasilkan rekomendasi kebijakan pengembangan bawang merah dengan
melihat aspek penawaran dan permintaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis penawaran
dan permintaan bawang merah yang dilakukan secara kualitatif; serta analisis proyeksi pemetaan
penawaran dan permintaan bawang merah dilakukan secara kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pola produksi bawang merah Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh 5 kabupaten
sentra produksi utama (Cirebon, Bandung, Majalengka, Garut, Kuningan). Produktivitas bawang
merah relatif stagnan karena belum terjadi perubahan yang signifikan terkait dengan teknologi
budidaya dan pasca panen untuk meningkatkan produktivitas. Di sisi permintaan, tingkat permintaan
bawang merah cenderung mengikuti kenaikan jumlah penduduk. Ini menyebabkan Jawa Barat selalu
defisit dalam ketersediaan bawang merah.
Kata kunci: bawang merah, fluktuasi harga, penawaran, permintaan
ABSTRACT
Shallot (Allium ascalonicum L.) is one of the vegetables consumed by people in Indonesia. Bureau of
Statistics data shows that the increase of shallot price is the second most contributing factor after
the rising petroleum price to the national inflation in March 2015. Low productivity and its seasonal
production characteristics became hindrances at the production level, and thus limiting supply
capability to meet the demand. This situation has affected the supply and demand equilibrium by
creating a gap which leads to market price fluctuation. This study analyses shallot’s supply and
demand in order to formulate recommendations to the policy makers so that they are able to support
the development of shallot by including the supply and demand elements in their policies. This study
utilizes qualitative and quantitative research methods in analyzing and mapping shallot’s supply and
demand. The results show that shallot’s national production is concentrated in 5 provinces (Central
Java, East Java, West Java, West Nusa Tenggara, and West Sumatera). The productivity is relatively
low and stagnant due to limited access to technology and good agricultural practices, in both pre-
and post-harvest activities. As for the demand side, due to shallot’s inelastic characteristic, the
demand is constantly growing as the population gets higher. This condition has caused West Java to
be in a constant deficit situation for shallot.
Keywords: shallot, price fluctuation, supply, demand
Teks Lengkap:
PDFDOI: https://doi.org/10.24198/agricore.v1i2.22711
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##