REFLEKSI PARADIGMA KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA: STUDI KASUS GERAKAN PANGAN LOKAL DI FLORES TIMUR
Abstrak
ABSTRAK
Kedaulatan Pangan telah diadopsi sebagai pendekatan pembangunan pangan dan pertanian nasional
bersama dengan konsep kemandirian pangan dan ketahanan pangan. Namun, Program yang
diinisiasi pemerintah lebih dipengaruhi oleh paradigma ketahanan pangan dan kemandirian pangan
yang lebih rentan terhadap rezim korporasi pangan. Kedaulatan pangan perlu lebih jauh
didiseminasikan sebagai alternatif terhadap rezim korporasi pangan. Studi ini merupakan studi
kualitatif deskriptif yang menggunakan pendekatan etnografis dalam pengambilan informasi. Kajian
terhadap Persepsi terhadap operasionalisasi konsep kedaulatan pangan di tingkat petani dapat
diungkap secara lebih detail salah satunya dengan teori Hegemoni Gramsci, analisa regim pangan,
dan teori multi kedaulatan. Hasil kajian menunjukkan bahwa respon petani terhadap kedaulatan
pangan dan ketahanan pangan cenderung samar dan menunjukkan keterkaitan yang sejajar non-
komplementer. Kedaulatan dapat bekerja baik dalam kondisi yang menghargai adanya keberagaman
sumber kedaulatan. Kedaulatan pangan memiliki kecenderungan untuk dapat menguatkan
keberagaman konteks, budaya, dan pilihan cara produksi sebagai upaya nyata untuk mengurangi
dampak dominasi regim pangan korporasi terhadap upaya negara dan petani menjamin terpenuhinya
hak rakyat atas pangan.
Kata kunci: kedaulatan pangan, ketahanan pangan, rezim korporasi pangan, gerakan petani
ABSTRACT
Food sovereignty has been officially adopted as national food and agriculture development
approach along with food self sufficiency and food security. However, state led program were
heavily influence by food security paradigm and food self-sufficiency which more vulnerable to
predatory character of corporate food regime. The food sovereignty discourse must be disseminated
further as alternative to corporate food regime. The discourse of food sovereignty was put into the
action by NGO and local groups which framed as local food movement initiative. The local food
movement and the phenomena surrounding its rise needs to be ethnographically scrutinized.
Gramsci's theory of hegemony, food regime analysis, relational scale and multiple sovereignty
elucidate the perception of food sovereignty value concept its relation and contestation among small
scale in the Flores Timur. Results shows that in small scale farmer perceived food sovereignty and
food security are interrelated because the persistence penetration of neoliberal economy. Food
sovereignty should be articulated and adapted for different contexts without losing its ground. Food
sovereignty works best with multiple recognitions of sovereignty. Food sovereignty were embrace
and strengthen the diversity of contexts, cultures and pathways in order to slow down the further
domination of the corporate food regime.
Keywords: food sovereignty, food security, corporate food regime, farmer’s movement
Teks Lengkap:
PDFDOI: https://doi.org/10.24198/agricore.v1i2.22717
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##