ADOPSI DAN DIS-ADOPSI TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR DI DAS CITARUM JAWA BARAT
Abstrak
Abstrak
Konservasi tanah dan air (KTA) memegang peranan penting dalam sistem produksi pertanian. DAS Citarum merupakan DAS terbesar dan terpanjang di Jawa Barat yang mengalami penurunan kualitas tanah dan air terparah di Indonesia. Berbagai intervensi pemerintah telah dilakukan untuk pemulihan DAS Citarum, namun intervensi ini belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat adopsi dan dis-adopsi KTA dan mengidentifikasi karakteristik petani yang melakukan adopsi dan dis-adopsi untuk tujuh kegiatan KTA. Dengan menggunakan analisis deskriptif dari 438 rumah tangga petani di DAS Citarum Bandung Jawa Barat, ditemukan bahwa tingkat adopsi KTA di DAS Citarum masih rendah, baik untuk petani marginal maupun petani dengan kepemilikan lahan yang luas. Akan tetapi, tingkat dis-adopsi KTA cenderung lebih rendah dibandingkan tingkat dis-adopsi KTA pada petani sedang atau besar. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa petani marginal cenderung lebih konsisten dalam menerapkan KTA.
Kata kunci: konservasi tanah dan air, petani marginal, adopsi, disadopsi
Abstract
Soil and water conservation (SWC) play a crucial role in agricultural production systems. The Citarum Watershed is the largest watershed in West Java, experiencing the most severe decline in soil and water quality in Indonesia. Various government interventions have been implemented to restore the Citarum Watershed, but these interventions have not shown significant results. This research aims to analyze the adoption and dis-adoption levels of SWC and identify the characteristics of farmers who adopt and dis-adopt seven SWC practices. Using descriptive analysis of 438 farmer households in the Citarum Watershed, Bandung, West Java, it was found that the adoption level of SWC in the Citarum Watershed is still low, both for marginal farmers and those with extensive land ownership. However, the dis-adoption level of SWC tends to be smaller compared to the adoption level among medium or large-scale farmers. This may indicate that marginal farmers tend to be more consistent in implementing SWC.
Keywords: soil and water conservation, marginal farmers, adoption, dis-adoption
Teks Lengkap:
74 - 79Referensi
Arsyad, S., & Rustiadi, E. (2008). Penyelamatan Tanah, Air, Dan Lingkungan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Jariyah, NA. (2014). Konservasi Tanah dan Manfaat Bagi Petani Lahan Kering. Prosiding Semnas Pengelolaan DAS terpadu untuk kesejahteraan masyarakat. https://apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/proceeding/PR0042-15.pdf
Peraturan Menti Lingkungan Hidup dan kehutanan Republik Indonesia. (2022).
Zakaria,F & Dwianti, I (2021. Pendekatan komunikasi dalam penanganan pencemaran linkgungan. Journal of sustainable tourism research Vol 3 No.1. 13-21.
https://jdih.maritim.go.id/cfind/source/files/permen-lhk/2022/permen-lhk-no.-1-tahun-2022.pdf
Unger, P. (1995). Soil Erosion, Conservation, and Rehabilitation 1st ed. CRC Press. https://www.taylorfrancis.com/chapters/edit/10.1201/9781003418177-11/common-soil-water-conservation-practices-paul-unger
DOI: https://doi.org/10.24198/agricore.v8i2.53376
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##