Maskulinisasi Ikan Pelangi Iriatherina werneri Meinken, 1974 Menggunakan Hormon 17α-Metiltestosteron Melalui Perendaman Embrio

Muh. Herjayanto, Odang Carman, Dinar Tri Soelistyowati

Abstrak


Individu jantan ikan pelangi Iriatherina werneri lebih digemari sebagai ikan hias dibandingkan individu betina. Ikan jantan memiliki bentuk sirip punggung kedua dan sirip anal yang panjang seperti filament dan warna tubuh yang indah. Namun permasalahannya adalah secara alami populasi ikan jantan yang dihasilkan rendah. Oleh karena itu, maskulinisasi diperlukan untuk meningkatkan jumlah populasi ikan jantan. Teknik maskulinisasi menggunakan perendaman embrio fase bintik mata di dalam larutan hormon 17α-metiltestosteron (MT). Tujuan penelitian yaitu mengkaji persentase ikan jantan, tingkat penetasan telur, sintasan, abnormalitas dan pertumbuhan panjang total ikan pelangi melalui perendaman embrio pada dosis MT dan lama perendaman berbeda. Embrio yang digunakan pada fase organogenesis berumur 64 jam 40 menit setelah pembuahan. Perlakuan yang digunakan yaitu dosis MT 15, 30 dan 45 mg L-1, serta lama perendaman selama 6, 12 dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan MT dosis 30 mg L-1 dan lama perendaman 6 jam merupakan kombinasi perlakuan terbaik yaitu menghasilkan ikan jantan 56,67%. Kombinasi perlakuan tersebut juga menghasilkan tingkat penetasan telur, abnormalitas dan pertumbuhan panjang total ikan pelangi pada kisaran normal. Pemberian MT dosis tinggi dan pemaparannya yang lama pada embrio dapat menurunkan performa penetasan telur dan kualitas larva ikan pelangi. Bentuk abnormal terlihat pada tulang belakang bengkok dan bentuk mulut yang tidak sempurna. Kajian maskulinisasi pada ikan pelangi masih perlu dilakukan untuk memperoleh sintasan yang lebih baik.


Kata Kunci


17α-metiltestosteron; abnormal; ikan hias; Iriatherina werneri; kualitas larva rendah; maskulinisasi

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Afriyaningrum MD., Soelistyowati DT., Alimuddin, Zairin MJr., Setiawati M., dan Hardiantho D. (2016). Maskulinisasi ikan nila melalui perendaman larva pada suhu 36oC dan kadar residu 17α-metiltestosteron dalam tubuh ikan. Omni-Akuatika, 12, (3), 106-113.

Allen GR. (1980). A genetic classification of the rainbowfishes (family Melanotaeniidae). Records of the Western Australia Museum, 8, (3), 449-490.

Arfah H., Kadriah IAK., dan Carman O. (2005). Efek manipulasi hormon 17α-metiltestosteron pada berbagai variasi temperatur air terhadap rasio kelamin ikan gapi (Poecilia reticulata Peters). Jurnal Akuakultur Indonesia, 4, (1), 37-40.

Devlin RH., and Nagahama Y. (2002). Sex determination and sex differentiation in fish: an overview of genetic, physiological, and environmental influences. Aquaculture, 208, (2002), 191-364.

Firmansyah R., Carman O., dan Soelistyowati, D.T. (2016). Pembetinaan ikan pelangi Iriatherina werneri (Meinken, 1974) dengan hormon estradiol-17β. Jurnal Iktiologi Indonesia, 16, (3), 269-278.

Herjayanto M., Carman O., dan Soelistyowati DT. (2016). Tingkah laku memijah, potensi reproduksi ikan betina, dan optimasi teknik pemijahan ikan pelangi Iriatherina werneri Meinken, 1974. Jurnal Iktiologi Indonesia, 16, (2), 171-183.

Herjayanto M., Carman O., dan Soelistyowati DT. (2017). Embriogenesis, perkembangan larva dan viabilitas reproduksi ikan pelangi Iriatherina werneri Meinken, 1974 pada kondisi laboratorium. Jurnal Akuatika Indonesia, 2, (1), 1-10.

Nurkhasanah A. (2015). Maskulinisasi ikan pelangi (Iriatherina werneri) melalui perendaman embrio dalam ekstrak tanaman purwoceng (Pimpinella alpina). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Ngastoni A. (2016). Penetasan telur ikan pelangi Iriatherina werneri pada suhu inkubasi yang berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Piferrer F., and Lim LC. (1997). Application of sex reversal technology in ornamental fish culture. Aquarium Sciences and Conservation, 1, 113-118.

Rakhmawati WN. (2016). Nisbah kelamin ikan pelangi Iriatherina werneri pada perbedaan suhu pemeliharaan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Rinaldi, Zairin MJr., Soelistyowati DT., and Imron. (2017). Masculinization of tilapia Oreochromis niloticus using extract of pasak bumi plant Eurycoma longofolia through larval immersion. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies, 5, (3), 248-252.

Said DS., Nurhidayah MA., dan Hadadi A. (2001). Pembalikan seks pada ikan pelangi (Melanotaenia boesemani) dengan metode perendaman embrio dalam larutan hormon 17α-metiltestosteron. Aquaculture Indonesia, 2, (3), 117-122.

Sandi MS. (2018). Efektivitas madu terhadap maskulinisasi ikan pelangi (Iriatherina werneri) melalui perendaman embrio. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Sofia. (2017). Efektivitas lama perendaman embrio dalam ekstrak tanaman purwoceng Pimpinella alpina terhadap pengarahan kelamin jantan ikan pelangi Iriatherina werneri. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Srisakultiew P., and Kamonrat W. (2013). Immersion of 17α-methyltestosterone dose & duration on tilapia masculinization. Journal of FisheriesSciences.com, 7, (4), 302-308.

Tappin AR. (2011). Rainbowfishes - Their care and keeping in captivity. Second edition. Queensland: Art Publications. 557 p.

Trappet A., Condon CH., White C., Matthews P., Wilson S. (2013). Extravagant ornaments of male threadfin ranbowfish (Iriatherina werneri) are not costly for swimming. Funcitonal Ecology, 27(4): 1034-1041.

Yuniar I. (2016). Interaksi metiltestoteron dan suhu meningkatkan rasio jantan agresifitas ikan cupang (Betta splendesns). Prosiding Simposium Nasional Ikan Hias (pp. 120-127). Badan Penelitian dan Pengambangan Kelautan dan Perikanan.

Zairin MJr. (2004). Seks reversal: memproduksi benih ikan jantan atau betina. Jakarta: Penebar Swadaya. 96 p.

Zairin MJr., Yunianti A., Dewi RRSPS., dan Sumantadinata K. (2002). Pengaruh lama waktu perendaman induk di dalam larutan hormon 17a-metiltestosteron terhadap nisbah kelamin anak ikan gapi, Poecilia reticulata Peters. Jurnal Akuakultur Indonesia, 1, (1), 31-35.




DOI: https://doi.org/10.24198/jaki.v%25vi%25i.21516

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc-nd4.footer##

Jurnal Ini Terindeks di:


 width= width= width= width= width= width= width= width= width=


 

Penerbit:

Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor