UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN SUB CEKUNGAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA BERDASARKAN DATA PALINOLOGI SUMUR RANU
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui zonasi umur dan lingkungan pengendapan purba dari aspek palinologinya. Studi palinologi telah dilakukan terhadap 25 sampel cutting terpilih dari Sumur Ranu yang dibor di Sub-cekungan Tarakan yang terletak di Kalimantan Utara pada interval kedalaman 1270 sampai 11050 kaki. Metode asam standar teknik preparasi palinologi dilakukan untuk memisahkan polen dan spora dari sedimen, deskripsi dan determinasi untuk melihat karakteristik polen dan spora yang terdapat pada sampel penelitian menggunakan perhitungan kuantitatif berdasarkan kelimpahan individu. Melalui pendekatan zona selang, maka sumur ini dibagi menjadi 2 zona palinologi yaitu zona Florschuetzia meridionalis bagian atas sampai zona Stenochlaenidites papuanus bagian bawah dan zona Stenochlaenidites papuanus bagian atas yang dibatasi oleh kemunculan awal Stenochlaenidites papuanus. Selanjutnya taksa dikelompokkan berdasarkan kesamaan habitat lingkungannya dan dilakukan analisis lingkungan pengendapan purba dengan mengadaptasi klasifikasi lingkungan delta karena terdiri dari keberlimpahan mangrove, back-mangrove, peatswamp, dan freshwater. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur relatif dari Subcekungan Tarakan berdasarkan data palinologi Sumur Ranu adalah Miosen Tengah sampai Pliosen Awal dengan lingkungan pengendapan dari lower delta plain (distal) sampai upper delta plain (distal).
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Akuanbatin, H., Rosandi, T., & Samuel, L. (1984). Depositonal Environment of the Hydrocarbon Bearing Tabul, Santul and Tarakan Formations at Bunyu Island, NE Kalimantan.
Allen and Chamber. (1988). Modern and Miocene Mahakam Delta, 24th Indonesian Petroleum Association Proceeding, Jakarta. p.225 – 231.
Anderson, J. A. R., & Muller, J. (1975). Palynological study of a Holocene peat and a Miocene coal deposit from NW Borneo. Review of Palaeobotany and Palynology, 19(4), 291-351.
Bachtiar, A. (2006). Geologi Pulau Kalimantan. Bandung, ITB.
Germeraad, J. H., Hopping, C. A., & Muller, J. (1968). Palynology of Tertiary sediments from tropical areas. Review of palaeobotany and palynology, 6(3- 4), 189-348.
Haseldonckx, P. (1974). A palynological interpretation of palaeoenvironments in SE Asia. Sains Malaysiana, 3(2), 119-127.
Hidayati, S., Guritno, E., Argenton, A., Ziza, W., & Campana, I. D. (2007). Revisited structural framework of the Tarakan Sub-Basin. In Proceedings of Indonesian Petroleum Association 31 st Annual Convention, Jakarta (Vol. 1).
Hillen, R. (1986). Palynology as a tool in delineating tropical lowland depositional environments of late Quaternary age. GEOSEA V Proceedings Vol. 1, Geological Society of Malaysia Bulletin, 19, 495-504.
Husein, Salahuddin. (2017). Sedimentology and Stratigraphy of Upper Tarakan Formation, Tarakan Island, North Kalimantan, Indonesia.
Indonesia, K. S. S. (1996). Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli Geologi Indonesia.
Maulin, H. B. (2021). Analisis sesar tumbuh pada sistem tektonik delta tersier di subcekungan tarakan, Kalimantan Utara. Bulletin of Geology, 5(2), 570-579.
Morley, R. J. (1976). Vegetation Change in West Malesia During the Late Quaternary Period: A Palynological Study of Selected Lowland and Lower Montane Sites (Doctoral dissertation, University of Hull).
Morley, R. J. (1990). Short Course Introduction to palynology with emphasis on Southeast Asia. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto, 9-29.
Morley, R. J. (1991). Tertiary stratigraphic palynology in Southeast Asia: current status and new directions.
Morley, R. J. (1996). Biostratigraphic characterization of systems tracts in Tertiary sedimentary basins.
Morley, R. J. (1998). Palynological evidence for Tertiary plant dispersals in the SE Asian region in relation to plate tectonics and climate. Biogeography and geological evolution of SE Asia, 211-234.
Muller, J. (1972). Palynological evidence for change in geomorphology, climate and vegetation in the Mio-Pliocene of Malesia.
Muller, J. and Caratini, C. (1977). Pollen of Rhizophora (Rhizophoraceae) as a guide fossil. Pollen Spores, 19(3), 361-389.
Oboh, F. E., Salami, M. B., & Chapman, J. L. (1992). Palynological interpretation of the palaeoenvironments of Miocene strata of the well Igbomotoru-1, Niger delta. Journal of Micropalaentology, 11(1), 1-6.
Punt, W. (1962). Pollen morphology of the Euphorbiaceae with special reference to taxonomy. Wentia, 7(1), 1-116.
Rahardjo, A. T. (2014). In Yosephin dkk, 2019. Palinologi Laut di Selat Sumba, Nusa Tenggara Timur. RISET Geologi dan Pertambangan, 29(1), 43-52.
Rahardjo, A. T., dkk. (1994). Zonasi Polen Tersier Pulau Jawa. Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Pertemuan Ilmiah Tahunan, pp. 77-87.
Setyaningsih, C. A. (2009). Studi Palinologi Formasi Mentawir, Sub Cekungan Kutai Bawah, Kalimantan Timur. Widyariset, 12(1), 109-116.
Sudarmono, A., Direza, H. B., & Maulin, A. W. (2017). Some new insights to tectonics and stratigraphic evolution of the Tarakan Sub-Basin, North East Kalimantan, Indonesia. In Proceedings Indonesian Petroleum Association 41st Annual Convention and Exhibition, IPA17-722-G.
Traverse, A. 1988. Paleopalynology. Boston: Department of Geosciences, College of Earth and Mineral Science, The Pennsylvania State University: 600 p.
Winantris, & Darlan, Yudi. (2016). Perubahan Lingkungan Sedimentasi Delta Kapuas berdasarkan Data Polen. In Proceedings of the 3rd National Seminar of the Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University (Vol. 3).
Yulianto, Eko & Sri Sukapti, Woro & Setiawan, Ruly. (2019). Palinostratigrafi, Paleoekologi, dan Paleoklimatologi Plistosen Awal berdasarkan Studi Palinologi Formasi Pucangan di Daerah Sangiran. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 20(3), 133-141.
DOI: https://doi.org/10.24198/bsc.v20i2.41232
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.