Modernisasi Higiene Pribadi di Kota Cirebon Pada Masa Kolonial Belanda (1906-1942)

Anwar Firdaus Mutawally

Abstrak


Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri perkembangan modernisasi higiene pribadi di Kota Cirebon pada masa kolonial. Metode yang digunakan ialah metode sejarah dengan empat langkah yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini juga dibantu teori budaya yakni Hegemoni Budaya dan Difusi Inovasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum abad ke-20, penduduk Kota Cirebon mandi, cuci, dan kakus (MCK) di sungai. Hal ini tidak menimbulkan masalah hingga terjadi peningkatan populasi penduduk pada awal abad ke-19. Akumulasi pencemaran air sungai akibat sampah dan kotoran menyebabkan air sungai tercemar kuman. Dampaknya penduduk kota rentan terserang wabah penyakit. Perubahan muncul dengan hadirnya Sistem Ekonomi Liberal, wabah penyakit yang terjadi karena kegiatan MCK mulai menyadarkan pemerintah untuk memperbaiki higiene penduduk koloni. Sejak tahun 1890-an, pemerintah kolonial mulai aktif memperkenalkan higiene modern pada penduduk Eropa, Timur Asing, dan pribumi di Kota Cirebon. Metode pengenalan yang dilakukan dengan cara halus dan paksaan. Cara halus dilakukan melalui pengenalan melalui propaganda kesehatan, iklan produk kebersihan, hingga membangun prasarana kebersihan. Cara paksaan dilakukan dengan menggusur jamban hingga membongkar paksa rumah yang tidak sesuai kriteria higiene modern. Perbaikan higiene berhasil mengubah praktik MCK penduduk kota, namun terdapat pula yang mengkritisi cara pemerintah kolonial yang hanya memperkenalkan higiene modern tanpa memberitahu keuntungan aplikasinya pada penduduk koloni.

Kata Kunci


Higiene Pribadi; Kolonial; Kota Cirebon; Modernisasi; Toilet

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Abdullah, I. (2008). Rekontruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Pustaka Pelajar.

ANRI. (1906). Staatsblad No. 122 Tahun 1906.

Ashforth, B. E., & Kreiner, G. E. (1999). “How can you do it?”: Dirty work and the challenge of constructing a positive identity. Academy of Management Review, 24(3), 413–434.

Bergmans, E. J. (1909). Bouwhygiene: Proeve van Eene Toepassing van de Algemeene Regelen der Gezondheidsleer Bij Het Bouwen in Koude, Gematigde en Tropische Klimaten. J. Waltman Jr.

Bloomfield, S., & Ackerley, L. (2023). Developing better understanding of hygiene is key to developing hygiene behaviour change in home and everyday life settings. Perspectives in Public Health, 17579139231163734.

Budiman, H. G. (2022). Perkembangan Sanitasi dan Prasarana Kebersihan di Kota Bandung Awal Abad Ke-20. Paradigma, 12(3).

Burgerlijke Openbare Werken. (1920). Het rioleeringsvraagstuk in Nederlandsch-Indië. Papyrus.

Curtis, V., & Biran, A. (2001). Dirt, disgust, and disease: Is hygiene in our genes? Perspectives in Biology and Medicine, 44(1), 17–31.

De Indische Courant. (1938, May 18). Buitenkansje voor bevolking.

De Preanger Bode. (1921, January 21). Indanco Zeep.

Emalia, I. (2020). Wabah Penyakit dan Penanganannya di Cirebon 1906--1940. Ombak.

Faridl, M. (1995). Islam tentang Kebersihan dan Kesehatan. Pustaka Grafika.

Herlina, N. (2020). Metode Sejarah. Satya Historika.

Hidayat S, K., Prawirasumantri, A., Suriamiharja, A., Kardana, H., & Iskandarwassid, I. (1992). Kamus Bahasa Cirebon-Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Holm, P., Adamson, J., Huang, H., Kirdan, L., Kitch, S., McCalman, I., Ogude, J., Ronan, M., Scott, D., & Thompson, K. O. (2015). Humanities for the environment—A manifesto for research and action. Humanities, 4(4), 977–992.

Jaelani, G. (2017). Islam dan persoalan higiene di Hindia Belanda. Jurnal Sejarah, 1(1).

Longhem, J. J. van. (1920). Vraagstukken Der Indische Hygiene. Ellerman Harms & Co.

Lonkhuizen, J. J. (1917). De gezondmaking van Cheribon. In Koloniale Studien. Albrecht & Co.

Marcus, G. E., & Fischer, M. M. J. (1999). Anthropology as cultural critique: An experimental moment in the human sciences. University of Chicago press.

Misbahuddin, M., Setyawan, A., Amaliya, N. K., & Sholihah, R. A. (2021). Toilet dan Proses Inkulturasi Masyarakat Jawa Menjadi Masyarakat Kolonial di Surakarta Abad XX. JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam), 4(2), 133–148.

Misbahudin, M., & Setiawan, A. (2022). Hygiene; Sebuah Budaya yang Terbuang namun Dirindukan. AL-MIKRAJ: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora, 3(1), 70–82.

Molsbergen, E. G. (1931). Gedenkboek der gemeente Cheribon, 1906 - 1931. Nix & Co.

Mutawally, A. F., & Dienaputra, R. D. (2024). Kampongverbetering dan Volkshuisvesting: Kebijakan Penataan Permukiman Kumuh di Kota Cirebon Pada Masa Kolonial (1906-1942). SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Dan Humaniora, 10(1).

Mutawally, A. F., & Mahzuni, D. (2023). Air dan Konflik Sosial: Krisis Air Bersih di Kota Cirebon Pada Masa Kolonial Belanda (Abad ke-19-20). INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research, 3(6).

Mutawally, A. F., Zakaria, M. M., & Falah, M. (2024). Perkembangan Saluran Pembuangan dan Normalisasi Sungai di Kota Cirebon Pada Masa Kolonial (1870-1938). Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 7(1), 13–30.

Nederlandsch-Indië, H. nieuws van den dag voor. (1937, September 15). De Nieuwe Water verordening.

Nicolle, L. (2007). Hygiene: what and why? CMAJ, 176(6), 767–768.

Patria, N. (1999). Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni. Pustaka Pelajar.

Poerwanto, H. (2000). Kebudayaan dan lingkungan dalam perspektif antropologi. Pustaka Pelajar.

Primaditya, K. T. (2021). Modernisasi Kota: Saluran Air Bersih Perpipaan di Jawa Masa Kolonial. Lembaran Sejarah, 17(2), 171–187. https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.73174

Riyanto, B. (2000). Iklan surat kabar dan perubahan masyarakat di Jawa masa kolonial, 1870-1915. Terawang.

Rogers, E. M., & Shoemaker, F. F. (1987). Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Usaha Nasional.

Sanusi, A., Arif, F., & Hasyim, R. S. (2022). Perubahan Eksistensi Sungai dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Cirebon Pada Masa Hindia Belanda Tahun 1900-1942. Yayasan Wiyata Bestari Samastra.

Schrieke, J. J. (1918). Ontstaan en groei der stads- en landgemeenten in Nederlandsch-Indië. J. H. de Bussy.

Sigerist, H. E. (1933). The philosophy of hygiene. Bulletin of the Institute of the History of Medicine, 1(8), 323–331.

Simon, R. (2004). Gagasan-gagasan politik Gramsci. Pustaka Pelajar.

Soekiman, D. (2011). Kebudayaan Indis: dari zaman kompeni sampai revolusi. Komunitas Bambu.

Soeloeh Indonesia. (1927). Te Vroeg.

Speltini, G., & Passini, S. (2014). Cleanliness/dirtiness, purity/impurity as social and psychological issues. Culture & Psychology, 20(2), 203–219.

Sultana, R., Nahar, N., Rimi, N. A., Swarna, S. T., Khan, S., Saifullah, M. K., Kabir, H., & Jensen, P. K. M. (2022). The Meaning of “Hygiene” and Its Linked Practices in a Low-Income Urban Community in Bangladesh. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(16), 9823.

Taylor, J. G. (2011). Cleanliness and culture: Indonesian histories. Brill.

Tillema, H. F. (1915). Kromoblanda. Over het vraagstuk van ‘het Wonen’in Kromo‘s groote land. H. Uden Masman.

Tuyter, A. (1930). Peladjaran Kesehatan. J.B. Wolters.

Wahid, A. (2009). Bertahan di Tengah Krisis: Komunitas Tionghoa dan Ekonomi Kota Cirebon pada Masa Depresi Ekonomi, 1930-1940. Ombak.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.