UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN TALASEMIA MAYOR PADA MASYARAKAT MELALUI EDUKASI DAN PEMERIKSAAN DARAH: MENUJU ZERO GROWTH TALASEMIA MAYOR DI INDONESIA
Abstrak
Talasemia mayor adalah kelainan darah merah akibat adanya mutasi pada gen globin alfa atau beta. Penyandang talasemia mayor membutuhkan transfusi darah setiap bulan seumur hidupnya. Di Indonesia, pembiayaan pengobatan talasemia mayor menjadi beban kelima dalam pembiayaan BPJS. Untuk itu, pencegahan talasemia mayor perlu dilakukan, salah satunya adalah dengan tidak menikah dengan sesama pembawa sifat talasemia (talasemia minor). Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan dalam menurunkan angka kejadian atau prevalensi talasemia mayor dengan melakukan edukasi melalui video. Selain itu dilakukan pemeriksaan status talasemia minor untuk mengetahui besarnya prevalensi pembawa sifat talasemia di masyarakat. Metode perekrutan responden dimulai dari penyebaran ajakan tentang donor darah dan skrining status pembawa sifat talasemia. Setelah melihat tayangan video, responden diminta untuk menandatangani informed consent dan bila bersedia maka responden akan diperiksa status pembawa sifat talasemia dengan pemeriksaan darah lengkap. Bagi responden yang terduga membawa sifat talasemia dilanjutkan dengan pemeriksaan Hb-elektroforesis. Sejumlah 112 orang datang di gedung Eijkman Bandung, 27 Mei 2021, yang terdiri dari 51 orang yang hadir secara individual dan 60 orang yang hadir dengan anggota keluarga lainnya. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi pembawa sifat talasemia pada masyarakat umum adalah sebesar 6,8%, sementara pada klaster keluarga sebesar 52,3%. Simpulan, penyuluhan tentang talasemia perlu terus ditingkatkan sehingga semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya pengetahuan mengenai talasemia dan kegunaan pemeriksaan status talasemia pra nikah. Pemeriksaan darah perlu dilakukan kepada semua lapisan masyarakat terutama pada keluarga besar penyandang talasemia mayor dengan prevalensi yang cukup tinggi. Selain itu perlu digaungkan pentingnya berdonor untuk sesama.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Ahmadnezhad E, Sepehrvand N, Jahani FF, Hatami S, Kargar C, Mirmohammadkhani M, et al. Evaluation and cost analysis of national health policy of thalassaemia screening in West-Azerbaijan province of Iran. Int J Prev Med. 2012;3(10):687-92.
Amato A, Cappabianca MP, Lerone M, Colo- simo A, Grisanti P, Ponzini D, et al. Carrier screening for inherited haemoglobin disorders among secondary school students and young adults in Latium, Italy. J Community Genet. 2014;5(3):265-8.
Amin SF, Eisapareh K, Karami KB. Effects of media-based education on adoption of thalassemia preventive behavior among female high school students, Sardasht, Khuzastan, Iran. World Journal of Pharmaceutical Research. 2016;5(1):116-124.
Ansari SH, Baig N, Shamsi TS, Saif-ur-Reh- man, Ansari ZH, Behar Z, et al. Screening immediate family members for carrier identification and counseling: a cost-effective and practical approach. J Pak Med Assoc. 2012;62(12):1314-7.
Azma RZ, Ainoon O, Azlin I, Hamenuddin H, Hadi NA, Tatt WK, et al. Prevalence of iron deficiency anaemia and thalassaemia trait among undergraduate medical students. Clin Ter. 2012;163(4):287-91.
Cao A, Kan YW. The prevention of thalassemia. Cold Spring Harb Perspect Med. 2013;3(2):a011775.
Cavazzana M, Mavilio F. Gene Therapy for Hemoglobinopathies. Hum Gene Ther. 2018;29(10):1106-1113.
Chakravorty S, Dick MC. Antenatal screening for haemoglobinopathies: current sta tus, barriers and ethics. Br J Haematol. 2019;187(4):431-440.
Fucharoen S, Winichagoon P. Haemoglob- inopathies in southeast Asia. Indian J Med Res. 2011;134:498-506.
Hashemizadeh H, Noori R. Premarital Screening of Beta Thalassemia Minor in north-east of Iran. Iran J Ped Hematol Oncol. 2013;3(1):210-5.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pedoman pengendalian penyakit thalassemia di fasilitas kesehatan tingkat pertama. 2017.
Kohne E. Hemoglobinopathies: clinical man- ifestations, diagnosis, and treatment. Dtsch Arztebl Int. 2011;108(31-32):532-40.
Miri-Moghaddam E, Motaharitabar E, Erfan- nia L, Dashipour A, Houshvar M. High School Knowledge and Attitudes towards Thalassemia in Southeastern Iran. Int J Hematol Oncol Stem Cell Res. 2014;8(1):24-30.
Muncie HL Jr, Campbell J. Alpha and beta thalassemia. Am Fam Physician. 2009;80(4):339-44.
Pornprasert S, Panya A, Punyamung M, Yanola J, Kongpan C. Red cell indices and formulas used in differentiation of β-thalassemia trait from iron deficiency in Thai school children. Hemoglobin. 2014;38(4),258-261.
Saffi M, Howard N. Exploring the Effectiveness of Mandatory Premarital Screening and Genetic Counselling Programmes for β-Thalassaemia in the Middle East: A Scoping Review. Public Health Genomics. 2015;18(4):193-203.
Sahiratmadja E, Maskoen AM, Effendy DSH, Panigoro R. Exploring the willingness for carrier screening among extended family members of thalassemia carrier individu- al: a lesson learned. J Biomed & Clin Sci. 2017;2(2 special issue):8-10.
Savongsy O, Fucharoen S, Fucharoen G, Sanchaisuriya K, Sae-Ung N. Thalassemia and hemoglobinopathies in pregnant Lao women: carrier screening, prevalence and molecular basis. Ann Hematol. 2008;87(8):647-54.
Viprakasit V, Ekwattanakit S. Clinical Classification, Screening and Diagnosis for Thalassemia. Hematol Oncol Clin North Am. 2018;32(2):193-211.
WHO. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. Vitamin and Mineral Nutrition Information System. Geneva, World Health Organization, 2011 (WHO/NMH/NHD/MNM/11.1) (http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin. pdf, accessed 20 December 2021).
DOI: https://doi.org/10.24198/dharmakarya.v12i2.37317
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.license.cc.by4.footer##
Jurnal Ini Terindeks di: