Pemantauan Terapi Obat Pada Pasien Lupus Eritematosus Sistemik Co-Morbid Infeksi Cytomegalovirus, Chronic Kidney Disease, dan Ventilator Associated Pneumonia di Ruang Intensive Care Unit RS Pemerintah Kota Bandung

Alisha Zahra Salsabila; Gofarana Wilar

doi:10.24198/farmaka.v22i2.48493

Pemantauan Terapi Obat Pada Pasien Lupus Eritematosus Sistemik Co-Morbid Infeksi Cytomegalovirus, Chronic Kidney Disease, dan Ventilator Associated Pneumonia di Ruang Intensive Care Unit RS Pemerintah Kota Bandung

Alisha Zahra Salsabila, Gofarana Wilar

Abstrak

Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) biasa disebut penyakit seribu wajah merupakam penyakit autoimun yang bersifat kronis dengan manifestasi berubah-ubah dan menyerang hampir semua organ. SLE adalah jenis lupus dengan kejadian terbanyak dibanding lupus lainnya. Data dari Lupus Foundation of America pada tahun 2023 menunjukkan bahwa SLE menyumbang angka sekitar 70% dari tiga jenis lupus lainnya. Pemantauan Terapi Obat (PTO) ini dilakukan pada pasien Ny. RI berusia 24 tahun selama tujuh hari di ruang intensif salah satu Rumah Sakit Pemerintah di Bandung. Diagnosis utama pasien, yaitu SLE dengan infeksi cytomegalovirus (CMV), Chronic Kidney Disease (CKD), dan Ventilator Assosciated Pneumonia (VAP) dengan pemberian obat berupa ceftazidime avibactam, fosfomisin, meropenem, vankomisin, paracetamol, n–acetylcystein, lovenox, hidroksiklorokuin, dexamethasone, calos, asam folat, amlodipin, esomeprazole, KCl, dan kalsium glukonat. Perawatan dan terapi yang diterima oleh pasien berisiko menimbulkan efek samping obat yang kompleks akibat penggunaan terapi polifarmasi jangka panjang sehingga perlu dilakukan pemantauan terapi ketat untuk meminimalkan terjadinya efek obat yang tidak diinginkan dan memastikan pemberian obat yang tepat. Berdasarkan hasil pengkajian dan analisis PTO terapi yang diberikan sudah sesuai dosis dan indikasi, tetapi menyebabkan beberapa efek samping yang kompleks akibat penggunaan terapi polifarmasi jangka panjang.

Teks Lengkap:

PDF

Referensi

American College of Rheumatology. (2019). 2019 EULAR/ACR Classification Criteria for Systemic Lupus Erythematosus. Tersedia online di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6827566/ [Diakses pada tanggal 27 Mei 2023].

Barcellini, W., Zaninoni, A., Giannotta, J. A., & Fattizzo, B. (2020). New Insights in Autoimmune Hemolytic Anemia: From Pathogenesis to Therapy Stage 1. Journal of clinical medicine, 9(12), 3859.

Browning D. J. (2014). Pharmacology of Chloroquine and Hydroxychloroquine. Hydroxychloroquine and Chloroquine Retinopathy. 2(3), 35–63.

CDC (Centers for Disease Control and Prevention). 2018. About CMV. Tersedia online di https://www.cdc.gov/cmv/overview.html [Diakses pada tanggal 27 Mei 2023].

CDC (Centers for Disease Control and Prevention). (2018). Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Tersedia Online di https://www.cdc.gov/lupus/facts/detailed.html [Diakses pada tanggal 25 Mei 2023].

Daikos, G. L., da Cunha, C. A., Rossolini, G.M., Stone, G.G., Baillon-Plot, N., Tawadrous, M., & Irani, P. (2021). Review of Ceftazidime-Avibactam for the Treatment of Infections Caused by Pseudomonas aeruginosa. Antibiotics (Basel), 10(9), 1126.

Dipiro, J.T, et al. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Eleventh ed. USA: The Mc., Graw Hill Company.

Hamijoyo, L., Candrianita, S., Rahmadi, A. R., Dewi, S., Darmawan, G., Suryajaya, B. S., Wachjudi, R. G. (2019). The clinical characteristics of systemic lupus erythematosus patients in Indonesia: a cohort registry from an Indonesia-based tertiary referral hospital. Lupus, 28(13), 1604–1609.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). LUPUS. Tersedia online di https://perpustakaan.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2022/05/Pathfinder-KEMENKES-RI-Lupus.pdf [Diakses pada tanggal 25 Mei 2023].

Kakati, S., Teronpi, R, & Barman, B. (2015). Frequency, pattern and determinants of flare in systemic lupus erythematosus: A study from North East India. The Egyptian Rheumatologist, 37(4), S55-S59.

Mak, A., & Tay, S. H. (2014). Environmental factors, toxicants and systemic lupus erythematosus. International journal of molecular sciences, 15(9), 16043–16056.

Maciel, A. T., Noritomi, D. T., & Park, M. (2010). Metabolic acidosis in sepsis. Endocrine, metabolic & immune disorders drug targets, 10(3), 252–257.

Ospina, A. Echeverri, D. Zambrano, J.P. Suso, J. Martínez-Blanco, C.A. Cañas, et al. (2017). Distinguishing infections vs flares in patients with systemic lupus erythematosus. Rheumatology (Oxford), 56(1): i46-i54.

Petzold, A., Solimena, M., & Knoch, K. P. (2015). Mechanisms of Beta Cell Dysfunction Associated With Viral Infection. Current diabetes reports, 15(10): 73.

Santoso, I dan Rostinawati, T. (2022). Review Artikel: Perkembangan Resistensi Antibiotik Meropenem terhadap Bakteri Pseudomonas Aeruginosa, Acinetobacter Baumannnii, serta Klebsiella Pneumoniae di Indonesia. Farmaka, 20(3), 123-134.

Wald A, Corey L. Persistence in the population: epidemiology, transmission. In: Arvin A, Campadelli-Fiume G, Mocarski E, et al., editors. (2007). Human Herpesviruses: Biology, Therapy, and Immunoprophylaxis Chapter 36. Tersedia online di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK47447/ [Diakses pada tanggal 27 Mei 2023].

DOI: https://doi.org/10.24198/farmaka.v22i2.48493

DOI (PDF): https://doi.org/10.24198/farmaka.v22i2.48493.g23480