ANALISIS SEGITIGA SPK PADA KEKERASAN LANGSUNG ANTAR ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS) FORUM BETAWI REMPUG (FBR) DAN PEMUDA PANCASILA (PP)
Abstrak
Di Indonesia, ormas mulai bermunculan ketika terjadi perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial, khususnya saat kapitalis merkantilis diperkenalkan oleh Belanda. Menurut data Kementerian Dalam Negeri jumlah ormas di Indonesia sampai tahun 2019 telah mencapai 431.465. Akhir-akhir ini keberadaan ormas yang seharusnya diharapkan dapat mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat malah sebaliknya menjadi hal yang meresahkan. Tulisan ini akan membahas tentang salah satu ormas terbesar di Indonesia yaitu Pemuda Pancasila (PP) yang belakangan ini terlibat konflik dengan ormas Forum Betawi Rembug (FBR). Kedua ormas ini dalam berita media tercatat mengalami konflik yang berlangsung berulang-ulang bahkan berujung kepada kekerasan. Tulisan ini mencoba untuk mengeksplorasi kekerasan langsung dalam kejadian-kejadian konflik yang terjadi diantara kedua ormas ini. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menyunting, merangkum hasil atau temuan sebelumnya yang telah dikelompokkan, kemudian dibantu dengan analisis segitiga SPK Galtung. Dengan analisis Segitiga ABC ditemukan aspek attitude, behaviour dan Contradiction pada konflik yang terjadi di antara kedua ormas ini. Diharapkan dengan temuan aspek tersebut pemerintah maupun ormas yang terlibat semakin dapat menemukan solusi yang ideal untuk adanya terwujudnya resolusi konflik.
In Indonesia, mass organizations began to emerge when socio-economic changes occurred during the colonial period, especially when mercantilist capitalists were introduced by the Dutch. According to data from the Ministry of Home Affairs, the number of mass organizations in Indonesia until 2019 has reached 431,465. Lately, the existence of mass organizations that should be expected to support the realization of social welfare has instead become a disturbing thing. This article will discuss one of the largest mass organizations in Indonesia, namely Pancasila Youth (PP), which has recently been involved in a conflict with the Betawi Rembug Forum (FBR) mass organization. The media reported that these two mass organizations experienced repeated conflicts that even led to violence. This paper tries to explore direct violence in conflict incidents that occurred between these two mass organizations. The method used in writing this article is a literature study. Data analysis in this study was carried out by editing, summarizing the results or previous findings that had been grouped, then assisted by an analysis of the Galtung SPK triangle. With the ABC Triangle analysis, attitude, behavior and contradiction aspects were found in the conflicts that occurred between the two mass organizations. And it is hoped that with the findings of these aspects, the government and the mass organizations involved will increasingly be able to find ideal solutions for the realization of conflict resolution.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Arif, A. (2013). Pemuda Pancasila dan Rezim Represif Orde Baru [Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta]. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/24008
Dwi Eriyanti, L. (2017). Pemikiran Johan Galtung tentang Kekerasan dalam Perspektif Feminisme. Jurnal Hubungan Internasional, 6(1). https://doi.org/10.18196/hi.61102
Febrianyah, R. (2013). Radikalisme berlatar belakang agama dalam Masyarakat (studi kasus pada ormas front pembela islam di kota palembang). In Universitas Sriwijaya (Vol. 5, Issue 2). Sriwijaya.
Fisher, S. (2000). Mengelola Konflik (S.N Kartikasari (ed.)). The British Council Indonesia. http://chairululid.lecture.ub.ac.id
Galtung, J. (1965). Institutionalized Conflict Resolution. Journal of Peace Research, 2(4), 348–397. https://doi.org/10.1177/002234336500200404
Galtung, J., & Fischer, D. (2013). Johan Galtung: Pioneer of Peace Research.
Gusti, I., Ratih, A., Atmika, C. D., Madjid, M. A., & Malik, I. (2018). Peran Pemerintah Daerah Provinsi Dki Jakarta Dalam Penanganan Konflik Antara Organisasi Masyarakat Pemuda Pancasila Dan Forum Betawi Rempug Di Jakarta Tahun 2016-2018 the Role of the Government of the Province of Dki Jakarta in Conflict Handling Between P. 53–78.
Gusti, I., & Santika, N. (2020). Optimalisasi Peran Keluarga Dalam Menghadapi Persoalan Covid-19: Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 6(2), 127–137. https://doi.org/10.23887/jiis.v6i2.28437
Ismiati, H., & Fedryansyah, M. (2017). Konflik Antar Warga di Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara Abstrak Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara adalah salah satu wilayah Indonesia dengan masyarakat yang heterogen . Beberapa etnis masyarakat di Tanjung yang padat penduduk . Hal ini menjadikan mul. Jurnal Empirika, 8364(1990), 1–14.
Isnaini, A. (2017). Kekerasan Atas Nama Agama. Kalam, 8(2), 213. https://doi.org/10.24042/klm.v8i2.221
Kamil, F. (2019). CIVIL SOCIETY DAN PREMANISME Studi Terhadap Sistem Rekrutmen Anggota Forum Betawi Rempug Gardu 0176.
Kartono, Sugandar, F. A., & Azis, A. (2018). Peranan Polres Tangerang Selatan Dalam Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kejahatan. Pamulang Law Review, 1(2), 59–74.
Pathak, B. (2014). Johan Galtung’s Conflict Transformation Theory for Peaceful World: Top and Ceiling of Traditional Peacemaking.
Pramono, G. E. (2015). Transformasi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) menjadi Kelompok Kekerasan (Studi kekerasan Ormas di Jakarta). Jurnal Keamanan Nasional, 1(2), 1167–1180. https://doi.org/10.31599/jkn.v1i2.25
Pramono, G. E. P. (2020). A new decade for social changes. Technium Social Sciences Journal, 6(December), 101–105.
Susanto, E., Maftuh, B., Malihah, E., & Budimansyah, D. (2020). Analisis penanganan konflik antar organisasi kemasyarakatan di Kabupaten Karawang. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 20(1), 92–96. https://doi.org/10.21009/jimd.v20i1.15666
Yutizar, & Muhajir. (2021). Eksistensi ormas islam dalam membendung faham radikalisme dan intoleransi berbangsa dan bernegara di kota langsa. Jurnal Perundang-Undangan Dan Hukum Pidana Islam, 5, 29. https://doi.org/https://doi.org/10.32505/legalite.v5i2.2778
DOI: https://doi.org/10.24198/jkrk.v4i2.40000
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.