Cendana (Santalum album L.) sebagai tanaman penghasil minyak atsiri

Mira Ariyanti, Yenni Asbur

Abstract


Abstract. Sandalwood is source of essential oil and as non-wood commodity of forest, which is potential and considered luxurious due to its distinctiveness hard wood and containing specific oil scent. Sandalwood oil can be produced from its wood by extracting from its tree trunks, twigs, brances, or root. The economic value of sandalwood plan is derived from its oil content (santalol) which has unique scent. A volatile oil contained in sandalwood is the sesquiterpenoid compound; among them are α-santalol dan b-santalol. Interaction between genetic factors of plant with its environment is a major factor that determines the growth and development of sandalwood plant that eventually affecting the volatile oil that can be produced. Engineering efforts are required against factors that  related with oil extraction in order to obtain its maximum production in both in quantity and quality. Sandalwood oil has high functional value, some of them are as the material for aromatic therapy which is particularly beneficial for human health, as cosmetic material, and as material for medicines.

Keywords : sandalwood, essential oil, santalol

 

Sari. Cendana merupakan sumber penghasil minyak atsiri dan merupakan komoditi hasil hutan bukan kayu yang potensial dan tergolong mewah karena sifat kayu terasnya yang khas dan mengandung minyak dengan aroma yang spesifik. Pembuatan minyak cendana dapat dilakukan dengan memanfaatkan batang kayu, ranting, cabang ranting, dan akar pohon cendana. Nilai ekonomi tanaman cendana didapat dari kandungan minyak (santalol) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Minyak atsiri yang terkandung pada kayu cendana merupakan golongan senyawa sesquiterpenoid diantaranya α-santalol dan b-santalol. Interaksi antara faktor genetik tanaman dengan ling-kungan merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman cendana yang pada akhirnya berpengaruh terhadap produksi minyak atsiri yang dihasilkan. Diperlukan upaya rekayasa terhadap faktor-faktor yang terkait dengan ektraksi minyak cendana sehingga produksi maksimal dicapai baik secara kuantitas maupun kualitas. Minyak cendana memiliki nilai fungsi yang tinggi diantaranya sebagai bahan aroma terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, bahan kosmetik, dan bahan untuk obat-obatan.

Kata kunci : tanaman cendana, minyak atsiri, santalol


References


Ariyanti, M., M.A. Soleh, Y. Maxiselly. 2017. Respon pertumbuhan tanaman aren (Arenga pinnata merr.) dengan pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik berbeda dosis. J. Kultivasi. 16 (1) : 271-278

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kupang. 2011. Masterplan Pengembangan dan Pelestarian Cendana Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 – 2030. Kupang.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutan-an. 1992. Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Nusa Tenggara. Kupang: Balai Penelitian Kehutanan. Kupang.

Brand, J and Jones, P. 1999. Growing Sandal-wood (Santalum spicatum) on Farmland in Western Australia. Sandalwood Infor-mation Sheet. Issue 1 May 1999: 1-4.

Climent, J., J. Gil, and Pardos, J. 1993. Hearthwood and Sapwood Development and its Relationship in Pinus canariensis Chr. Sm ex Dc.. Forest Ecology and Management 59: 165-174.

Fox, J. E. D. 2000. .Sandalwood : The Royal Tree.. Biologist, 47 (1): 31-34.

Gaol, M.L. dan L.M. Ruma. 2009. Efektifitas empat spesies legum sebagai inang antara tanaman hemi-parasit cendana (Santalum album L.). Jurnal Bumi Lestari Vol. 9 (2) :187 – 192.

Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri. UI-Press. Jilid 1. Jakarta.

Hatta, S. 1995. Budidaya Cendana. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Hermawan R. 1993. Pedoman Teknis Budidaya Kayu Cendana (Santalum album Linn.). Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Hilis, W.E and N. Ditchburne.1974. .The Prediction of hearthwood diameter in radiata pine tree.. Canadian J. of Forest Research , 4: 524-529.

Holmes, S. 1983. Outline of Plant Clasification. Longman, New York.

Surata, I.K. 2006. Teknik Budidaya Cendana. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara

Lutz, H.J and F.J. Candler. 1951. Forest Soils. John Wiley and Sons Inc.

Oldeman L.R. dan M. Frere. 1982. A Study of the Agroclimatology of the Humid Tropics of South-east Asia. WMO Interagency Project on Agroclimatology.

Radomiljac A. M, McComb, J. A and McGrafth, J. F.1999. Intermediate host influence on the root hemi- parasite Santalum album L. biomass partitioning.

Forest Ecology and Management, 113: 133-153.

Radomiljac, A. M.1998. .The Influence of Host Species, Seedling Age And Supplementary Nutrient on Santalum album L. Plantation Establishment within the Old River Irrigation Area Western Australia.. Forest Ecology and Management, 102: 193-201.

Rahayu S, Wawo AH, van Noordwijk M, Hairiah K. 2002. Cendana; Deregulasi dan Strategi Pengembangannya. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

Rudjiman, 1987. Santalum album Linn. Taksonomi dan Model Arsitekturnya. Prosiding Diskusi Nasional Cendana. Fakultas Kehutanan UGM.

Soepardi, G. 1986. Dolomit Sebagai Sarana Produksi. Departemen Ilmu-ilmu Tanah Faperta. IPB. Bogor.

Surata, I K. 1992. Perkembangan Penelitian Pembibitan dan Penanaman Cendana di Nusa Tenggara Timur. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional tentang Status Silvikultur .

Waluyo, THT. 2006. Penggunaan Pestisida Nabati di Kehutanan. Informasi Teknis 4 (1). Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Jogjakarta

Wilkes, J. 1991. Hearthwood Development and Its Relationship To Growth In Pinus radiata. Wood Science Technology 25: 85-90




DOI: https://doi.org/10.24198/kultivasi.v17i1.15804

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Jurnal Kultivasi Indexed by:

       width=    

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


View Jurnal Kultivasi Stat