Morfologi dan kandungan flavonoid total bunga telang di berbagai ketinggian tempat tumbuh berbeda

Hawari Hawari, Bambang Pujiasmanto, Eddy Triharyanto

Abstract


Abstrak

Bunga telang (Clitoria ternatea L) merupakan salah satu tanaman leguminoceae yang memiliki manfaat farmakologis, namun sebagian besar pemanenannya berasal dari alam dan belum dibudidayakan secara luas. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu penelitian spesifik terkait morfologi dan kandungan flavonoid bunga telang untuk dijadikan tanaman budidaya serta mengkaji kesesuaian lingkungan untuk budidayanya. Tujuan riset ini untuk mengkaji karakter morfologi dan kandungan flavonoid bunga telang di berbagai ketinggian. Survei dilaksanakan di lokasi berbeda, yaitu dataran rendah (Karangasem, Jeyengan, dan Purwosari) dan dataran tinggi Ngargoyoso, mulai bulan Februari sampai April 2021.  Lokasi survei dipilih dengan metode acak memihak (purpose random sampling) melalui pendekatan pra-survei dimana tumbuhan tersebut bisa ditemukan. Pengujian kadar flavonoid dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan morfologi bunga telang di dataran rendah dan dataran tinggi. Karakteristik morfologi yang berbeda terletak pada panjang dan lebar daun, bentuk daun, panjang polong, dan jumlah biji per polong.  Kandungan flavonoid tertinggi adalah di dataran rendah Karangasem sebesar 0,493%, diikuti oleh dataran tinggi Ngargoyoso sebesar 0,458%, Purwosari 0,351%, dan Jeyengan 0,297%. Pertumbuhan dan kandungan flavonoid bunga telang dipengaruhi oleh jenis tanah, kesuburan tanah, serta iklim di habitatnya. Jenis tanah di dataran rendah adalah alluvial dengan pH 6,59, suhu udara berkisar 26,89 – 28,22 °C, kelembaban udara 61,33 – 72,22%, dan intensitas cahaya berkisar 1537,63 – 1773,50 lux, sedangkan jenis tanah di dataran tinggi adalah andosol dengan pH 7,99, suhu udara 24,88 °C, kelembaban udara 80,38% dan intensitas cahaya 591,63 lux.

Kata kunci: Clitoria ternatea Flavonoid Ketinggian tempat Morfologi

 

Abstract

Butterfly pea (Clitoria ternatea L) is one of the leguminous plants that have pharmacological benefits, but most of its harvest comes from nature and has not been widely cultivated. Therefore, it is necessary to conduct a specific study related to the morphology and flavonoid content of butterfly pea to be used as a cultivated plant and assessing the suitability of the environment for its cultivation. The purpose of this research was to study the morphological character and the content of flavonoids of butterfly pea at various altitudes. The survey was carried out in different altitude of growing location, i.e., the lowlands (Karangasem, Jeyengan, and Purwosari) and the highland (Ngargoyoso), from February to April 2021. Survey locations were selected using a purpose random sampling method through a pre-survey approach where the plants could be found. Tests for flavonoid levels were carried out at the Tawangmangu Center for Research and Development of Medicinal Plants and Traditional Medicines. The results showed that there were differences in the morphology of the butterfly pea in the lowlands and highlands. Different morphological characteristics were observed in term of the length and width of the leaves, leaf shape, pod length, and the number of seeds per pod. The highest flavonoid content was found in the Karangasem for about 0.493% followed by the Ngargoyoso, Purwosari, and Jeyengan for about 0.458%, 0.351%, and 0.297%, respectively. The growth and flavonoid content of butterfly pea is influenced by soil type, soil fertility, and climate in their habitat. The lowlands had an alluvial soil type with a pH of 6.59, air temperature ranging from 26.89-28.22 °C, air humidity 61.33-72.22% and light intensity ranging from 1537.63-1773.50 lux. Meanwhile, the highland had an andosol soil type with a pH of 7.99, air temperature of 24.88 °C, humidity of 80.38% and light intensity of 591.63 lux.

Keywords: Clitoria ternatea Flavonoid Altitude ∙ Morphology


Keywords


Clitoria ternatea; flavonoid; ketinggian tempat; morfologi

References


Ardhana, I.P.G. 2012. Ekologi Tumbuhan. Udayana University Press. Bali.

Badan Pusat Statistik. 2019. Karanganyar Dalam Angka 2018. Pemerintah Kabupaten Karanganyar.

Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air Dan Pupuk 2nd ed. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2020. Selain Cantik Ini Segudang Manfaat Bunga Telang. Balittro.

Budiasih, K.S. 2017. Kajian potensi farmakologis bunga telang (Clitoria ternatea). Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY, 21(4): 183–188.

Chang, C.C., M.H. Yang, H.M. Wen., and J.C. Chern. 2002. Estimation of total flavonoid content in propolis by two complementary colometric methods. Journal of Food and Drug Analysis, 10(3): 178–182.

Cook, B., B. Pengelly, S. Brown, J. Donnelly, D. Eagles, M. Franco, B. Hanson, I. Mullen, M. Partridge, Peters, and Schultze-Kraft. 2005. Tropical forages. CSIRO, DPI&F (QId), CIAT and ILRI, Brisbane, Australia.

Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5 (5th ed.). Pustaka Bunda.Jakarta.

Damayanti, I.A. 2010. Kajian Morfologi Dan Agroekologi Tumbuhan Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) Di Berbagai Habitat. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Debeaujon, I., A.J.M. Peeters, L.-K.M. Kloosterziel, and M. Koornneef. 2001. The transparent Testa12 gene of arabidopsis encodes a multidrug secondary transporter-like protein required for flavonoid sequestration in vacuoles of the seed coat endothelium. The Plant Cell, 13(4): 853.

Evans, W.C. 2009. Trease and Evans Pharmacognosy 16th edition. https://www.researchgate.net (diakses 30 Desember 2020)

Hadiyanti, N., Supriyadi, dan Pardono. 2018. Keragaman beberapa tumbuhan ciplukan (Physalis spp.) di lereng Gunung Kelud, Jawa Timur. Berita Biologi, 17(2).

Hanafiah, K. A. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada.Jakarta

Haryanta, D., M. Thohiron, dan B. Gunawan. 2017. Kajian Tanah Endapan Perairan Sebagai Media Tanam Pertanian Kota. Journal of Research and Technology, 3(2).

Heuzé, V., G. Tran, M. Boval, D. Bastianelli, and F. Lebas. 2016. Butterfly pea (Clitoria ternatea). Feedipedia. (diakses 28 Desember 2020).

Ibrahim, M.H., H.Z.E. Jaafar., A. Rahmat., and Z.A. Rahman. 2011. The relationship between phenolics and flavonoids production with total non structural carbohydrate and photosynthetic rate in Labisia pumila Benth. under high CO2 and nitrogen fertilization. Molecules, 16(1): 162–174.

Istiawan, N.D. and D. Kastono. 2019. The effect of growing altitude on yield and oil quality of clove (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry.) in Samigaluh Sub-district, Kulon Progo. Jurnal Vegetalika, 8(1): 27–41.

Kartasapoetra, A.G. 2008. Klimatologi: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Kusuma, A.D. 2019. Potensi teh bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai obat pengencer dahak herbal melalui uji mukositas. Risenologi : Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, Dan Bahasa, 4(2), 65–73.

Lallo, S., A.C. Lewerissa, A. Rafi’i, Usmar, Ismail, dan R. Tayeb. 2019. Pengaruh ketinggian tempat tumbuh terhadap aktivitas antioksidan dan sitotoksik ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.). Majalah Farmasi Dan Farmakologi, 23(3): 118–123.

Manjula, P., C. Mohan, D. Sreekanth, B. Keerthi, and B.D. Prathibha. 2013. Phytochemical analysis of Clitoria Ternatea Linn., a valuable medicinal plant. J. Indian Bot. Soc, 92(4): 173–178.

Marni dan M.I. Jumarang. 2016. Analisis hubungan kelembaban udara dan suhu udara terhadap parameter tebal hujan di kota Pontianak. Prisma Fisika, 4(03): 80–83.

Mazid, M., T. Khan, and F. Mohammad. 2011. Role of secondary metabolites in defense mechanisms of plants. Biology and Medical, 3(2), 232–249.

Mukherjee, P.K., V. Kumar, N.S. Kumar, and M. Heinrich. 2008. The Ayurvedic medicine Clitoria ternatea-from traditional use to scientific assessment. Journal of Ethnopharmacology, 120(3): 291–301.

Muslim, F. dan D. Subositi. 2020. Respon pertumbuhan, produksi dan kualitas daun duduk (Desmodium triquetrum (L.) D.C.) terhadap ketinggian tempat budidaya. Jurnal Jamu Indonesia, 4(2): 48–53.

Pemerintah Kota Surakarta. 2016. RPJIM Kota Surakarta. RPJIM Kota Surakarta, 1–28.

Ponnusamy, S., W.E. Gnanaraj, and J.M. Antonisamy. 2015. Flavonoid profile of Clitoria ternatea Linn. Majalah Obat Tradisional, 19(1): 1–5.

Qadry, N.A., R. Rasdiansyah, dan Y. Abubakar. 2017. Pengaruh ketinggian tempat tumbuh dan varietas terhadap mutu fisik, dan fisiko-kimia kopi Arabika Gayo. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 2(1): 279–287

Ramakrishna, A. and G.A. Ravishankar. 2011. Influence of abiotic stress signals on secondary metabolites in plants. Plant Signaling and Behavior, 6(11): 1720–1731.

Safrina, D. dan W.J. Priyambodo. 2018. Pengaruh ketinggian tempat tumbuh dan pengeringan terhadap flavonoid total sambang colok (Iresine herbstii). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, 15(3): 147.

Salim, M., H. Sitorus, and T. Ni. 2016. Hubungan kandungan hara tanah dengan produksi senyawa metabolit sekunder pada tanaman duku (Lansium domesticum Corr var Duku) dan potensinya sebagai larvasida. Jurnal Vektor Penyakit, 10(1): 11–18.

Sari, V.R. 2012. Variasi morfologi tanaman kepel (Stelechocarpus burahol Hook . F & Thomson) yang tumbuh pada ketinggian berbeda. Skripsi. Universitas Airlangga.

Sholekah, F.F. 2017. Perbedaan ketinggian tempat terhadap kandungan flavonoid dan beta karoten buah karika (Carica pubescens) daerah Dieng Wonosobo. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Biologi, 75–82.

Sinaga, M.I.A.H., G. Hardy, dan A. Lubis. 2015. Hubungan ketinggian tempat dan C-organik tanah dengan infeksi FAM pada perakaran tanaman kopi (Coffea Sp) di Kabupaten Dairi. Jurnal Agroekoteknologi, 3(4): 1575–1584.

Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono. 2014. Petunjuk Teknis: Klasifikasi Tanah Nasional.

Sufardi, S. 2020. Pertumbuhan tanaman. Researchgate, 1–26.

Sukarman dan A. Dariah. 2014. Tanah Andosol di Indonesia: Karakteristik, Potensi, Kendala, dan Pengelolaannya untuk Pertanian. In Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian (Issue 12).

Supriadi, H., E. Randriani, dan J. Towaha. 2016. Korelasi antara ketinggian tempat, sifat kimia tanah, dan mutu fisik biji kopi arabika di dataran tinggi Garut. Jurnal Tanaman Industri Dan Penyegar, 3(1): 45-52

Swarinoto, Y.S. dan S. Sugiyono. 2011. Pemanfaatan suhu udara dan kelembapan udara dalam persamaan regresi untuk simulasi prediksi total hujan bulanan di Bandar Lampung. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 12(3): 271–281.

United States Departement of Agriculture. 2020. Plants profile for Clitoria ternatea (Asian pigeonwings). United States Departement of Agriculture.

Wang, F.-y., H.-y. Han, H. Lin, B. Chen, X.-h. Kong, X. Ning, X.-w. Wang, Y. Yu, and J.-d. Liu. 2019. Effects of planting patterns on yield, quality, and defoliation in machine-harvested cotton. Journal of Integrative Agriculture, 18(9): 2019–2028.

Widiya, M., R.D. Jayati, dan H. Fitriani. 2019. Karakteristik morfologi dan anatomi jahe (Zingiber officinale) berdasarkan perbedaan ketinggian tempat. Jurnal Pendidikan Biologi Dan Sains, 2(2): 60–69.

Wijayanto, N. dan Nurunnajah. 2012. Intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan perakaran lateral mahoni (Swietenia macrophylla King.) di RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor. Jurnal Silvikultur Tropika, 3(1): 8–13.

Yuliani, F. Rachmadiarti, S.K. Dewi, M.T. Asri, and A. Soegianto. 2019. Total phenolic and flavonoid contents of elephantopus scaber and ageratum conyzoides (Asteraceae) leaves extracts from various altitude habitats. Ecology, Environment and Conservation, 25: 106–113.




DOI: https://doi.org/10.24198/kultivasi.v21i1.36327

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Jurnal Kultivasi Indexed by:

       width=    

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


View Jurnal Kultivasi Stat