TELUSUR.KOTA: PENGUATAN IDENTITAS “SALATIGA KOTA TOLERAN” DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN PERDAMAIAN BERKELANJUTAN
Abstrak
The initiative to strengthen Salatiga's identity as the "City of Tolerance" through a historical city tour is a vital modality for peacebuilding. Salatiga, with its rich cultural tapestry and historical significance, is increasingly recognised for its harmonious coexistence among diverse communities. This project aims to highlight the city's multicultural heritage, showcasing its colonial architecture and historical sites that reflect a legacy of tolerance and cooperation. By organising guided tours that explore Salatiga's historical landmarks, such as colonial-era buildings and local cultural sites, participants—particularly young people—can engage with the city's narrative of unity amidst diversity. These tours will not only educate visitors about Salatiga's past but also foster dialogue among different community groups, enhancing mutual understanding and respect. Moreover, the project emphasises the importance of historical tours in peacebuilding efforts, encouraging civic engagement in building inclusive narratives. This grassroots approach is crucial for promoting an inclusive identity that resonates with both locals and visitors. In conclusion, the historical city tour is more than just a cultural exploration; it is a strategic effort to reinforce Salatiga's image as a beacon of tolerance and peace. By celebrating its history and fostering community engagement, Salatiga can position itself as a model for peaceful coexistence in Indonesia and beyond.
Inisiatif untuk memperkuat identitas Salatiga sebagai “Kota Toleran” melalui tur kota bersejarah merupakan modal penting bagi pembangunan perdamaian. Salatiga, dengan kekayaan budaya dan nilai historisnya yang tinggi, semakin dikenal sebagai kota yang hidup berdampingan secara harmonis di antara berbagai komunitas. Proyek ini bertujuan untuk menyoroti warisan multikultural kota ini, dengan menampilkan arsitektur kolonial dan situs-situs bersejarah yang mencerminkan warisan toleransi dan kerja sama. Dengan menyelenggarakan tur berpemandu yang menjelajahi landmark bersejarah Salatiga, seperti bangunan era kolonial dan situs budaya lokal, sasaran kegiatan ini yang merupakan anak muda dapat terlibat dalam narasi persatuan kota di tengah keberagaman. Tur ini tidak hanya mengedukasi pengunjung tentang sejarah Salatiga, tetapi juga mendorong dialog di antara berbagai kelompok masyarakat, meningkatkan rasa saling pengertian dan rasa hormat. Selain itu, proyek ini menekankan pentingnya wisata sejarah dalam upaya pembangunan perdamaian, mendorong keterlibatan masyarakat dalam membangun narasi yang inklusif. Pendekatan akar rumput ini sangat penting untuk mempromosikan identitas inklusif yang beresonansi dengan penduduk setempat dan pengunjung. Kesimpulannya, tur kota bersejarah lebih dari sekadar eksplorasi budaya; ini adalah upaya strategis untuk memperkuat citra Salatiga sebagai mercusuar toleransi dan perdamaian. Dengan merayakan sejarahnya dan mendorong keterlibatan masyarakat, Salatiga dapat memposisikan diri sebagai model untuk hidup berdampingan secara damai di Indonesia dan sekitarnya.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Badan Pusat Statistik Kota Salatiga. (n.d.). Data BPS Kota Salatiga. Retrieved November 29, 2024, from https://salatigakota.bps.go.id/id
Galtung, J. 1990. Cultural violence. Journal of Peace Research, 27(3), 291-305. Retrieved from https://www.galtung-institut.de/wp-content/uploads/2015/12/Cultural-Violence-Galtung.pdf.
Galtung, J. Peace by Peaceful Means. London: SAGEPublications.
Haris, M., dkk. (February 26, 2021). Salatiga Raih Kota Paling Toleran Se-Indonesia. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Diakses pada November 29, 2024, dari https://jatengprov.go.id/beritadaerah/salatiga-raih-kota-paling-toleran-se-indonesia/.
Ismoyo, P.J. 2018. “Pembangunan Perdamaian lewat Film Dokumenter (Studi Kasus: Film Ahu Parmalim karya Cicilia Maharani)” dalam Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. IV, Issue 4.
Jatayu, Abel. 2017. Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial Salatiga 1917-1942. (Semarang: Sinar Hidoep).
Kemmis, S. dan McTaggart, R. (eds). 2014. The Action Research Planner: Doing Critical Participatory Action Research. 1st ed. Singapore: Springer Singapore, Imprint: Springer.
Sasi, G.A. “Menyuap Nasi, Mencerna Memori: Memori Kolektif Hongeroedeem” dalam Jurnal Lembaran Sejarah Jilid 11, Terbitan 2.
Sidik, Firdan Fadhlan. 2019. “Mengkaji Ulang Salatiga sebagai Kota Toleransi: Masa Kolonial HIngga Pasca-Kemerdekaan” dalam Jurnal Al-Qalam Vol. 24, No. 3.
Supangkat, Eddy. 2007. Salatiga Sketsa Kota Lama. Salatiga: Griya Media.
Winarta, Frans H. 2007. Jalan Panjang Menjadi WNI, Catatan Pengalaman dan Tinjauan Kritis. (Jakarta: Kompas)
DOI: https://doi.org/10.24198/kumawula.v8i3.59563
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Kumawula: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Terindeks Di:
















