POSISI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM NASKAH SUNDA KUNA

Evi Fuji Fauziyah

Abstrak


Penelitian ini hendak memaparkan posisi dan peran perempuan dalam naskah Sunda Kuna. Adapun naskah yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu Bujangga Manik, Carita Ratu Pakuan, Kawih Pangeuyeukan, dan Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu mendeskripsikan fakta lalu menganalisis data. Teori yang digunakan untuk memaparkan posisi dan peran perempuan menggunakan konsep subaltern dan dominan yang dikemukakan oleh Gayatri Spivak. Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, didapatkan informasi bahwa dalam naskah Sunda Kuna perempuan diposisikan sebagai subaltern dan dominan. Tokoh Ajung Larang, pertapa perempuan (tiagi wadon), dan Ngabetkasih merupakan tokoh yang dominan dalam kisahnya. Sementara tokoh Sakean Adi Larangan berperan menjadi istri yang subaltern. Meskipun demikian, baik para tokoh yang dominan maupun tokoh yang subaltern, keduanya mempunyai peran masing-masing dalam menentukan penceritaan dan nasib dari tokohnya.

 

Kata kunci: naskah Sunda Kuna, perempuan, subaltern, dominan

 

ABSTRACT

This study intends to describe the position and role of women in Old Sundanese manuscripts. The manuscripts used as the research object were Bujangga Manik, Carita Ratu Pakuan, Kawih Pangeuyeukan, and Sanghyang Siksa Kandang Karesian. The method used in this research is descriptive analysis, namely describing the facts and then analyzing the data. The theory used to describe the position and role of women uses the subaltern and dominant concepts proposed by Gayatri Spivak. Based on the results of the analysis and conclusions, it is found that in the Old Sundanese Manuscripts, women are positioned as the subaltern and dominant. Ajung Larang characters, female hermits (tiagi wadon), and Ngabetkasih are the dominant figures in the story. Meanwhile, the character Sakean Adi Larangan plays a subaltern wife. However, both the dominant character and the subaltern character, both have their respective roles in determining the story and fate of the characters.

Keywords: Old Sundanese Text, woman, subaltern, dominan


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Atja. (1970). Ratu Pakuan: Tjeritera Sunda-Kuna dari Lereng Gunung Tjikuraj. Bandung: Lembaga Bahasa dan Sedjarah.

Atja, & Danasasmita, S. (1981). Sanghyang siksakanda ng karesian (naskah Sunda Kuna tahun 1518 Masehi). Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.

Darsa, Undang A. (2012). Sewaka Darma: dalam Naskah Tradisi Sunda Kuna Abad XV-XVII Masehi. Disertasi. Universitas Padjadjaran.

Gunawan, Aditia. (2017). Wastra dalam Sastra Sunda Kuna. Seminar Internasional Pernaskahan Nusantara. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Noorduyn, J., & Teeuw, A. (2009). Tiga Pesona Sunda Kuna (H. Setiawan, ed.). Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya bekerjasama dengan Koninklijk Instituut voor Taal-Land- en Volkenkunde (KITLV-Jakarta).

Ratna, Nyoman Kutha. (2008). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ruhimat, M., Gunawan, A., & Wartini, T. (2014). Kawih Pangeuyeukan : Tenun dalam Puisi Sunda Kuna dan Teks-Teks Lainnya (Seri Naska). Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bekerjasama dengan Pusat Studi Sunda.

Ruhimat, M., Wartini, T., & Gunawan, A. (2014). Kawih Pangeyeukan: Tenun dalam Puisi Sunda Kuna dan Teks-teks Lainnya. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Said, E. (1983). The World, the Text, and. Bali: CV. Media Bali Azhikarsa.

Spivak, G. (1978). Feminism and critical theory. Women’s Studies International Quarterly, 1(3), 241–246.

Spivak, G. (1988). Can the Subaltern Speak? In Marxism and the Interpretation of Culture. Illinois: University of Illinois Press.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


 

Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda (PDPBS) Universitas Padjadjaran

Graha Soeria Atmadja Unpad

Jl. Dipati Ukur No. 46 Kota Bandung

pdpbs@unpad.ac.id