GAMBARAN KESEHATAN BIBIR SANTRI PENGHAFAL AL-QURAN

Abstrak

Identifikasi manusia penting dilakukan, salah satunya sebagai data kependudukan. Bibir memiliki pola kerutan yang menyerupai sidik jari. Adanya variasi ras, jenis kelamin, dan herediter, menjadikan pola sidik bibir memiliki karekteristik individual yang tinggi. Latihan dan proses menghafal alquran membutuhkan bantuan bibir sebagai anatomi yang berungsi mengeluarkan suara dan artikulasi. Keterbatasan pengetahuan dan informasi para santri penghafal Al-Quran binaan Maqdis, akses fasilitas kesehatan gigi, sementara santri binaan penghafal alquran menggunakan artikulasi yang lebih instensif, sehingga diperlukan suatu sarana untuk dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan bibir untuk santri binaan agar mereka dapat menjaga kesehatan bibirnya dimulai dari perawatan sehari-hari. Dilakukan metode observasi pada santri penghafal Al-Quran Maqdis secara keseluruhan yang dilaksanakan berupa studi lapangan. Hal ini merupakan sebuah rangkaian tahapan yang disusun secara sistematis berupa penyuluhan, pengisian kuesioner, dan melihat serta berinteraksi secara langsung dengan subjek secara realistik di tempat aktivitas penghapalan Al-Quran berlangsung.

Berdasarkan kuesioner, diketahui bahwa sebagian besar santri memiliki kondisi bibir kering, dan pernah mengalami trauma pada bibir sebanyak 10%, dengan distribusi sub ras yang mendominasi yaitu suku Sunda baik dari keturunan ayah, ibu, kakek maupun nenek. Kondisi ini tentunya berhubungan dnegan aktivitas para santri yang lebih banyak melakukan artikulasi; serta lokasi pesantren yang berada di Bandung, sehingga didominasi oleh keturunan suku Sunda. Keadaan kesehatan bibir warga binaan sangat membutuhkan tindakan penanganan yang baik. Gambaran kesehatan bibir pada santri binaan Maqdis secara umum adalah kurang terawat. Diperlukan pemeriksaan bibir secara berkala terhadap santri binaan Maqdis tentang cara memelihara kesehatan bibir, gigi, dan mulut.