Industri film Indonesia dalam perspektif sineas Komunitas Film Sumatera Utara

Rangga Saptya Mohamad Permana, Lilis Puspitasari, Sri Seti Indriani

Abstract


Industri film nasional kini bangkit kembali setelah kejatuhan pada tahun 1990-an. Restrukturisasi industri film nasional dimulai dari film Petualangan Sherina dan diikuti oleh Ada Apa Dengan Cinta yang meraih 2,7 juta penonton. Film-film non-komersial juga muncul seperti Daun di Atas Bantal, Pasir Berbisik, dan lainnya. Antusiasme film-film indie muncul dan melahirkan para sineas dari luar Pulau Jawa, terutama dari Sumatera Utara (Sumut). Sineas Sumut lahir dan terpacu untuk membuat film indie mereka sendiri. Padahal, itu juga menjadi perhatian bagi para pembuat film ini tentang bagaimana mereka dapat menembus pasar industri film nasional. Kekhawatiran ini menjadi menarik untuk diketahui mengapa mereka ragu-ragu untuk mempromosikan film mereka ke arena nasional. Penelitian ini difokuskan pada perspektif sineas Komunitas Film Sumatera Utara tentang bagaimana mereka melihat industri film nasional. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dan Berastagi, Sumatera Utara, di mana sebagian besar sineas yang menjadi anggota Komunitas Film Sumatera Utara aktif melakukan proyek film. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembuat film yang tergabung dalam komunitas film di Sumatera Utara memandang industri film nasional. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan metode deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kategori, yakni: 1) Jakarta-sentris; 2) Kemitraan dengan rumah-rumah produksi besar; 3) Konten film harus lebih bernuansa Indonesia; dan 4) Aturan penyiaran belum diterapkan dengan baik.

Keywords


Sineas; komunitas film; promosi film; industri film Indonesia; Sumatera Utara

Full Text:

PDF

References


Abdullah, A., Mahameruaji, J. N., & Rosfiantika, E. (2019). Si Doel Anak Sekolahan, sinetron Indonesia paling fenomenal (tinjauan ilmu komunikasi atas sinetron Si Doel Anak Sekolahan). ProTVF: Jurnal Kajian Televisi Dan Film, 2(2), 209–219. https://doi.org/10.24198/ptvf.v2i2.20822.

Anya, A. (2016). Indonesian short movie prenjak wins award at Cannes - art & culture - The Jakarta Post. Diakses dari https://www.thejakartapost.com/life/2016/05/20/indonesian-short-movie-prenjak-wins-award-at-cannes.html.

Ardianto, E., Komala, L., & Karlinah, S. (2007). Komunikasi massa: suatu pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Asaari, A., & Aziz, J. (2017). Perkembangan filem seram di Malaysia: Satu tinjauan literatur. E-Bangi : Journal of Social Sciences and Humanities, 12(2), 30–45.

Bachdar, S. (2017). CEO CGV Indonesia: cinema is more than just watching movies | marketeers - majalah bisnis & Marketing Online - Diakses dari http://marketeers.com/45077-2/.

Baksin, A. (2009). Jurnalistik televisi: teori dan praktik. Bandung: Simbiosa.

Barker, T., & Yuen Beng, L. (2017). Making creative industries policy: The Malaysian case. Kajian Malaysia, 35(2), 21–38. https://doi.org/10.21315/km2017.35.2.2.

Bellucci, L. (2010). National support for film production in the EU: An analysis of the commission decision-making practice. European Law Journal, 16(2), 211–232. https://doi.org/10.1111/j.1468-0386.2009.00504.x.

Cavusoglu, N., Horn, R., Jerome, R., & Cavazos, D. (2018). The Turkish soap opera industry: a case study of the Porter model of national advantage. Journal of International Management Studies, 18(1), 45–54. https://doi.org/10.18374/jims-18-1.5.

Chu, K. K. L. (2010). Co-opting the wolves: national film industry reform in China After 1978. Asian Politics and Policy, 2(1), 95–121. https://doi.org/10.1111/j.1943-0787.2009.01170.x.

Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Davis, G., Dickinson, K., Patti, L., & Villarejo, A. (2015). Film studies: a global introduction. Oxon: Routledge.

Dominick, J. R. (2000). The dynamics of mass communication. New York: Random House.

Hahn, J. Y., & Lee, B. K. (2017). Mainland market in the crosshairs: Korea-China FTA’s impact on the Korean film industry and “Hanryu” culture. Korea Observer, Vol. 48, pp. 1–23.

Handriyotopo. (2015). Industri animasi menjadi tuan di rumah sendiri (sebuah kenyataan dan harapan bagi insan dan penggiat industri animasi lokal). Capture: Jurnal Seni Media Rekam, 6(2), 49–57. Diakses dari http://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/capture/article/view/759.

Hassan, B. R. A., & Latif, R. A. (2013). Epistephilic forces in Malaysian indie documentary: Three scenarios. Journal of Asian Pacific Communication, 23(2), 286–303. https://doi.org/10.1075/japc.23.2.09abu.

İncekara, A., Şener, S., & Hobikoğlu, E. H. (2013). Economic evaluation of the film industry in terms of strategic management within the scope of the creative innovative industries: the case of Turkey. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 99, 636–647. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.10.534.

Kanbar, E. (2013). You finally finished your film. now what?: how to distribute your film successfully and economically in a very tough market (2nd ed.). San Francisco: Council Oak Books.

Klivis, E. (2013). Mimic realities: the construction of popular identity in contemporary Lithuanian film. Lituanus: Lithuanian Quarterly Journal of Arts and Sciences, 59(1), 5–23. Diakses dari http://www.lituanus.org/2013/13_1_01Klivis.html.

Komalawati, E. (2017). Industri film Indonesia: membangun keselarasan ekonomi media film dan kualitas konten. LUGAS Jurnal Komunikasi, 1(1), 1–18. https://doi.org/10.31334/jl.v1i1.101.

Lyons, S. (2012). Indie film producing: the craft of low budget filmmaking. Waltham: Focal Press.

Manias-Muñoz, M., Barreiro, M. S., & Rodríguez, A. I. (2017). Public policies, diversity and national cinemas in the Spanish context: Catalonia, Basque Country and Galicia. Communication and Society, 30(1), 125–145. https://doi.org/10.15581/003.30.1.125-145.

Messerlin, P., & Parc, J. (2017). The real impact of subsidies on the film industry (1970s–present): lessons from France and Korea. Pacific Affairs, 90(1), 51–74. Diakses dari https://ecipe.org/publications/the-real-impact-of-subsidies-on-the-film-industry-1970s-present-lessons-from-france-and-korea/.

Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia. (2019). Filming in Indonesia. Jakarta: Film Development Center.

Monaco, J. (2009). How to read a film: movies, media, and beyond. Oxford: Oxford University Press.

Montagu, I. (1964). Film world: a guide to cinema. Harmondsworth: Penguin Books.

Moore, J. (2011). Short film distribution: film festivals, the internet, and self-promotion. Dulles: Mercury Learning.

Mulyana, D. (2007). Ilmu komunikasi: suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Permana, R. S. M., Puspitasari, L., & Indriani, S. S. (2019). Strategi promosi pada tahapan pra-produksi film “Haji Asrama” (HAS). ProTVF: Jurnal Kajian Televisi Dan Film, 2(2), 145–156. https://doi.org/10.24198/ptvf.v2i2.20818.

Putri, I. P. (2013). Mendefinisikan ulang film indie: deskripsi perkembangan sinema independen Indonesia. Jurnal Komunikasi Indonesia, 2(2), 119–128.

Ragin, C. C. (2011). Constructing social research. Thousand Oaks: Pine Forge Press.

Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2014). Komunikasi lintas budaya (7th ed.). Jakarta: Salemba Humanika.

Severin, W. J., & Tankard, J. W. (2008). Teori komunikasi: sejarah, metode, dan terapan di dalam media massa (5th ed.). Jakarta: Kencana.

Stevens, K. (2011). Fighting the festival apocalypse: Film festivals and futures in film exhibition. Media International Australia, 139(1), 140–148. https://doi.org/https://doi.org/10.1177/1329878X1113900118.

Stevens, K. (2017). Between like and love: Cinephilia and connected viewing in film festival audiences. Participations, 14(2), 660–681. Diakses dari http://www.participations.org/Volume 14/Issue 2/34.pdf.

Tadesse, B. (2016). Revolutionary Ethiopia through the lens of the contemporary film industry. Northeast African Studies, Vol. 16, pp. 167–196. https://doi.org/10.14321/nortafristud.16.1.0167.

Thompson, K., & Bordwell, D. (2010). Film history: an introduction (3rd ed.). New York: McGraw-Hill Education.

Tkalec, M., Zilic, I., & Recher, V. (2017). The effect of film industry on tourism: Game of Thrones and Dubrovnik. International Journal of Tourism Research, 19(6), 705–714. https://doi.org/10.1002/jtr.2142.

Tsaaior, J. T. (2018). “New” Nollywood video films and the post/nationality of Nigeria’s film culture. Research in African Literatures, 49(1), 145–162. https://www.jstor.org/stable/10.2979/reseafrilite.49.1.09?seq=1#page_scan_tab_contents.

Vivian, J. (2015). Teori komunikasi massa (8th ed.). Jakarta: Kencana.

Watson, P. (2012). Approaches to film genre – taxonomy/genericity/metaphor. In B. Nicholls & J. Nelmes (Eds.), Introduction to Film Studies (Fifth edit, pp. 187–208). Oxon: Routledge.

Xin, X. R., & Mossig, I. (2017). Co-evolution of institutions, culture and industrial organization in the film industry: the case of Shanghai in China. European Planning Studies, 25(6), 923–940. https://doi.org/10.1080/09654313.2017.1300638.

Yusoh, M. H., & Aziz, J. (2017). filem berunsurkan islam: satu pendefinisian (islamic oriented film: a definition). E-Bangi, 14(3), 1–13.




DOI: https://doi.org/10.24198/ptvf.v3i2.23667

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Bookmark and Share


Copyright (c) 2019 Rangga Saptya Mohamad Permana, Lilis Puspitasari, Sri Seti Indriani

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

ProTVF Indexed by:

    

Editorial Office of ProTVF:

Faculty of Communication Science, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang, Indonesia 45363
WhatsApp: +6283111519064 (Anggi Lestari)

Telephone: +62227796954
Faximile: +62227794122
E-mail: jurnalprotvfunpad@gmail.com

 

ProTVF Supervised by:

View My Stats