Ketimpangan representasi hantu perempuan pada film horor Indonesia periode 1970-2019

Larasati Winda Annissa, Justito Adiprasetio

Abstract


Sejak Lisa (1971) mengisi bentangan layar sinema Indonesia sebagai film horor pertama yang tayang pada periode Indonesia modern, hantu perempuan secara dominan muncul dalam film horor Indonesia pada setiap periode. Hantu perempuan mengalahkan representasi hantu laki-laki dalam hal jumlah, dan secara timpang menempatkan perempuan seolah-olah sebagai entitas yang lebih menakutkan dan layak menghantui dibandingkan laki-laki. Studi ini dengan memeriksa korpus film horor Indonesia terlengkap yang tersedia yaitu: Katalog Film Indonesia 1926-2007 (2007), situs Film Indonesia (filmindonesia.or.id), dan laman Wikipedia “Kategori: Film Indonesia”, mencoba menunjukkan bagaimana ketimpangan representasi hantu perempuan dan laki-laki terdapat dalam historiografi film horor Indonesia pada periode 1970 hingga 2019. Studi ini terlebih dahulu memetakan secara keseluruhan film horor Indonesia dilanjutkan dengan mengurai tiga kriteria yaitu gender tokoh protagonis utama, gender hantu utama, dan gender sutradara dalam film horor. Selain itu studi ini juga memeriksa bagaimana konfigurasi genre dalam ketimpangan representasi hantu perempuan dan laki-laki pada periode 1970 hingga 2019. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa perempuan hampir selalu menjadi tokoh sentral dalam film horor yang direpresentasikan sebagai hantu atau monster. Film-film horor Indonesia dengan representasi hantu perempuan didominasi oleh genre horor paranormal. Serta, sekalipun jumlah sutradara perempuan yang menyutradarai film horor meningkat pada periode pasca 2010, di mana tercatat 34 film disutradarai perempuan, namun tidak semua sutradara perempuan benar-benar dapat lepas dari visi misoginisme.

Keywords


Film Indonesia; film horor; hantu; horor Indonesia; perempuan

References


Adam, A. (2019). Ratu Ilmu Hitam: Dendam Perempuan dan Monster Feminin. Tirto.Id.

Ardan, S. M. (1990, January). Bicara Lewat Angka Film Nasional 1980-an. Majalah Film, 10.

Barker, T. A. C. (2011). A Cultural Economy of the Contemporary Indonesian Film Industry. National University of Singapore.

Beng, L. Y., & Balaya, S. (2016). From International Horror Films to the Local Filem Seram: Examining the Cinematic Identity and Roles of the Malaysian Pontianak. KEMANUSIAAN, 23(2), 161–174.

Biran, M. Y. (1990). Perkenalan Selintas Mengenai Perkembangan Film di Indonesia. Asia University Tokyo.

Chandra, F. (2010). Konstruksi genre dalam film ‘Tali Pocong Perawan.’ Universitas Kristen Petra.

Creed, B. (1993). The Monstrous Feminine: Film, Feminism, Psychoanalysis. Routledge.

de Camilla, L. (2019). Contemporary Italian Horror Cinema: Female Directors and Framing the Maternal. L’avventura: International Journal of Italian Film and Media Landscapes, 1, 79–92. https://doi.org/10.17397/93882

Debby, Y., Hartiana, T. I. P., & Krisdinanto, N. (2020). Desakralisasi Film Horor Indonesia dalam Kajian Reception Analysis. ProTVF, 4(1), 1–19. https://doi.org/https://doi.org/10.24198/ptvf.v4i1.24171

Hanich, J. (2011). Cinematic Emotion in Horror Films and Thrillers: The Aesthetic Paradox of Pleasurable Fear. Routledge.

Harrington, E. J. (2017). Gynaehorror: Women, theory, and horror film. University of Canterbury.

Hayes, A. F., & Krippendorff, K. (2007). Answering the Call for a Standard Reliability Measure for Coding Data. Communication Methods and Measures, 1(1), 77–89. https://doi.org/https://doi.org/10.1080/19312450709336664

Kidd, B. (2008). Beyond the Grave: Horror and Indonesian Cinema. Metro Magazine: Media & Education Magazine, 157, 76–81.

Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka.

Krippendorff, K. (2011). Agreement and Information in the Reliability of Coding. Communication Methods and Measures, 5(2), 93–112. https://doi.org/10.1080/19312458.2011.568376

Kristanto, J. B. (2007). Katalog Film Indonesia 1926-2007. Penerbit Nalar.

Kristeva, J. (1982). Powers of Horror: An Essay an Abjection. Columbia University Press.

Kusnita, A. F. (2010). Eksploitasi perempuan dalam film horor (Analisis wacana eksploitasi perempuan dalam film horor Indonesia era 80an, 90an, dan 2000an). Universitas Negeri Surakarta.

Kusumaryati, V. (2011). Hantu-hantu dalam Film Horor Indonesia. In E. Imanjaya (Ed.), Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita? (pp. 199–226). Penerbit Salemba.

Larasati, A. W. (2021). Analisis Wacana Multimodal terhadap film Pengabdi Setan (2017) dan Perempuan Tanah Jahanam (2019). Universitas Gadjah Mada.

Lasty, F. (2020). Maternal Horror: Representasi Tokoh Ibu dalam Film Rumah Dara (2009). Jurnal Kriminologi Indonesia, 16(1), 15–20.

Lim, B. C. (2007). Remaking the New ‘Asian Horror Film. In S. . Tan (Ed.), Hong Kong Film, Hollywood, and the New Global Cinema: No Film is an Island. Routledge.

Ng, A. H. S. (2014). The Monstrous Feminine of Southeast Asian Horror Cinema. In H. . Benshoff (Ed.), Sisterhood of Terror. Wiley-Blackwell.

Noer, A. R. (2021). We Choose What to Fear in Indonesian Horror Cinema. Communicare: Journal of Communication Studies, 8(1), 62–75.

Paramita, V. (2016). Jejak Film Horor Nusantara. Cinemapoetica.

Permana, K. S. A. (2014). Analisis Genre Film Horor Indonesia Dalam Film Jelangkung (2001). Commonline Departemen Komunikasi, 3, 559–573.

Permatasari, S. D. R., & Widisanti, N. M. (2019). Hantu Perempuan sebagai “Produk Gagal” dalam Dua Film Horor Indonesia: Pengabdi Setan (2017) dan Asih (2018). Jurnal Wahana: Media Bahasa, Sastra, Dan Budaya Wahana, 25(1), 86–97.

Priyatna, A. (2004). Abjek dan Monstrous Feminine: Kisah Rahim, Liur, Tawa, dan Pembalut. Dari Tafsir Seni Freudian Ke Tafsir Sastra Lacanian Hingga Tafsir Film Dan Iklan Feminis Pasca Lacanian: Perkembangan Pemikiran Psikoanalisis.

Putri, N. E., Hakim, N., & Yamin, M. (2016). Ecologicall Footprint and Biocapacity Analysis for Flooding Prevention in South Sumatera. Jurnal Mimbar, 32(1), 58–64.

Randawati, L. R., Raharsono, L. S., & Ilham, M. (2018). Konstruksi Visual Scene Tembang Durma Kuntilanak Dalam Film Kuntilanak Melalui Teknik Montage. Publika Budaya, 5(2), 68–72. https://doi.org/https://doi.org/10.19184/pb.v5i2.6546

Rich, R. B. (1998). Chick flicks : theories and memories of the feminist film movement. Duke University Press.

Saputra, D. D., & Sulistyani, H. D. (2019). Representasi Motherhood pada Karakter Hantu Perempuan dalam Film Pengabdi Setan. Interaksi Online, 7(4), 39–53.

Suyono, S. J., & Arjanto, D. (2003). From Babi Ngepet to Jelangkung. Tempo, 69–72.

Tiwahyupriadi, D., & Ayuningtyas, Y. (2020). Indonesian Horror Film: Deconstruction of Repetitive Elements of Indonesian Urban Legend for Cultural Revitalization, Creativity, and Critical Thinking. KnE Social Sciences, 115–125.

van Heeren, K. (2007). Return of the Kyai: representations of horror, commerce, and cencorship in post-Suharto Indonesian film and television. Inter-Asia Cultural Studies, 8(2), 211–226. https://doi.org/10.1080/13583880701238688

van Heeren, K. (2012). Contemporary Indonesian Film: Spirits of Reform and Ghosts from the Past. Brill.

Wahid, U., & Agustina, S. (2021). Strukturasi Proses Produksi Film Horor Pengabdi Setan: Perspektif Ekonomi Politik. ProTVF, 5(1), 80–100. https://doi.org/https://doi.org/10.24198/ptvf.v5i1.25601

Zahrina, Z. (2016). Film Horor Simbol Ketakutan atas Kekuatan Perempuan. Magdalene.Co.




DOI: https://doi.org/10.24198/ptvf.v6i1.36296

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2022 Larasati Winda Annissa, Justito Adiprasetio

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

ProTVF Indexed by:

    

Editorial Office of ProTVF:

Faculty of Communication ScienceUniversitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang, Indonesia 45363
WhatsApp: +6283111519064 (Anggi Lestari)

Telephone: +62227796954
Faximile: +62227794122
E-mail: jurnalprotvfunpad@gmail.com


 

ProTVF Supervised by:

View My Stats