GANGGUAN DISMORFIK TUBUH PADA REMAJA PEREMPUAN
Abstrak
Remaja perempuan, terutama di masa pubertas, rentan terhadap kecemasan terkait penampilannya karena tekanan sosial dan standar kecantikan yang tidak realistis yang diperkuat oleh media. Penelitian ini menggunakan pendekatan literatur untuk mengumpulkan data terkait gangguan dismorfik tubuh, termasuk faktor risiko, pendekatan terapi yang telah berhasil, dan upaya pencegahan yang diusulkan. Gejala dismorfik tubuh mencakup tindakan verifikasi fisik berulang dan menghindari interaksi sosial. Gangguan ini dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan rendahnya harga diri, mengganggu perkembangan, sehingga secara keseluruhan dapat menurunkan kualitas hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan dismorfik tubuh pada remaja perempuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk perubahan fisik signifikan selama remaja. Mereka juga rentan berperilaku destruktif, seperti menggunakan obat-obatan atau alkohol, sebagai cara mengatasi stres dan ketidakpuasan. Gangguan ini dapat ditangani dengan terapi non-farmakologis, terutama Cognitive-Behavioral Therapy (CBT). Terapi ini dapat dilengkapi dengan terapi farmakologis untuk mengurangi gejala gangguan dan mencegah komplikasi. Penyuluhan dan pendidikan tentang citra tubuh yang realistis serta kesehatan mental diperlukan di sekolah, termasuk melalui kampanye di media sosial. Kelompok dukungan sebaya, orang tua, dan pengajar dapat menjadi sumber dukungan penting dalam mencegah dan mengatasi gangguan ini.
Adolescent girls, especially during puberty, are vulnerable to anxiety related to their appearance due to social pressure and unrealistic beauty standards reinforced by the media. This study employs a literature review approach to gather data related to body dysmorphic disorder, including risk factors, successful therapeutic approaches, and proposed prevention efforts. Symptoms of body dysmorphic disorder include repetitive physical verification actions and avoidance of social interactions. This disorder can lead to depression, anxiety, and low self-esteem, impeding development and overall reducing the quality of life. The study's findings indicate that body dysmorphic disorder in adolescent girls is influenced by several factors, including significant physical changes during adolescence. They are also prone to destructive behaviors, such as using drugs or alcohol, as a way to cope with stress and dissatisfaction. This disorder can be treated with non-pharmacological therapy, particularly Cognitive-Behavioral Therapy (CBT). This therapy can be supplemented with pharmacological treatment to reduce BDD symptoms and prevent complications. Counseling and education about realistic body image and mental health are needed in schools, including through social media campaigns. Peer support groups, parents, and educators can be important sources of support in preventing and addressing this disorder.
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Adlya, S. I., & Zola, N. (2019). Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder pada Remaja. Jurnal Riset Tindakan Indonesia (JRTI), 4(2), 59-62.
Angelin, A. C., & Ikhssani, A. (2022). Gangguan Dismorfik Tubuh pada Remaja. Tinjauan Pustaka. Syifa’ MEDIKA, 13(1), 10-17.
Edmawati, M., Hambali, F., & Hidayah, T. (2018). Keefektifan Konseling Kelompok dengan Teknik Cognitive Restructuring untuk Mereduksi Body Dysmorphic Disorder. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 3(8), 22-36.
Fazriyani, G. Y., & Rahayu, D. A. (2019). Body Dismorphic Disorder TENDENCY to Stress Level in Female Adolescences. Media Keperawatan Indonesia, 2(3), 105.
Gerald, C. D., et al. (2010). Psikologi Abnormal (edisi ke-9). Jakarta: Rajawali Pers.
Iflah, Cut Nurul. (2022). Gambaran Self Esteem pada Perempuan Korban Body Shaming (Studi di Sungai Pauh, Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa). Skripsi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
Jimenez, A. M., Rice, S., D’Alfonso, S., Leicester, S., Bendall, S., Pryor, I., & Gleeson, J. (2020). A Novel Multimodal Digital Service Moderated Online Social Therapy for Help-Seeking Young People Experiencing Mental Ill-Health: Pilot Evaluation Within a National Youth e-Mental Health Service. Journal of Medical Internet Research, 22(8), 171-189.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Normalita, M. (2016). Pengaruh citra tubuh terhadap gejala body dysmorphic disorder yang dimediasi harga diri pada remaja putri. Psychologi and Humanity, 546-555.
Nurlita, D., & Lisiswanti, R. (2016). Body Dysmorphic Disorder. Jurnal Majority, 5(5), 1-11.
Sari, U.S.C., & Abrori. (2020). Body image. Jakarta: PT Sahabat Alter Indonesia
Sari, W. P. (2015). Konflik Budaya Dalam Konstruksi Kecantikan Wanita Indonesia (Analisis
Semiotika Dan Marxist Iklan Pond’s White Beauty Versi Gita Gutawa). Jurnal Komunikasi, 7(2), 198–206.
Schnackenberg, N. (2021). Young People’s Experiences of Body Dysmorphic Disorder in Education Settings: a Grounded Theory. Educational Psychology in Practice, 37(2), 202–220.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Siregar, E. Y., & Siregar, R. H. (2013). Penerapan Cognitive Behavior Durasi Bermain Games Pada Individu Yang Mengalami Games Addiction Therapy (CBT) Terhadap Pengurangan. Jurnal Psikologi, 9(1), 119-128.
Wahyudi, M. I. (2018). Body image dan kecenderungan body dysmorphic disorder pada mahasiswi. Malang: Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Wertheim, E., & Paxton, S. (2012). Body image development – adolescent girls. encyclopedia of body image and human appearance, 1, 187-193. doi: 10.1016/b978-0-12-384925-0.00029-8
Yusuf, U., & Setianto, R. L. (2013). Efektivitas “Cognitive Behavior Therapy” terhadap Penurunan Derajat Stres. Jurnal Mimbar, 29(2), 388-402.
DOI: https://doi.org/10.24198/share.v14i1.54558
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.








21.png)















