AGROINDUSTRI BERBASIS TEH RAKYAT SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI TEH
Abstrak
ABSTRAK
Peluang berkembangnya agroindustri teh rakyat cukup besar, akibat semakin tingginya permintaan pasar luar negeri dan dalam negeri dalam bentuk“instant tea”.Namun, kondisi tersebut belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh petani teh maupun pelaku agroindustri teh rakyat. Ini terlihat dari, rendahnya produktivitas kebun teh milik petani, sehingga kurang dapat memenuhi permintaan pucuk teh oleh pelaku agroindustri the rakyat. Selanjutnya, pelaku agroindustri teh rakyat hanya dapat mengolah pucuk tehnya dalam bentuk teh hijau (curah) dengan harga yang murah. Akibatnya, pihak agroindustri teh rakyat membeli pucuk dari petani dengan harga murah dan mutu rendah. Penelitian dilakukan untuk mengkaji kendala yang dihadapi dan keberlanjutan agro-industri teh. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif survey. Tempat penelitian yang dipilih adalah Kabupaten: Garut (Kecamatan Cisurupan), Cianjur (Kecamatan Sukanagara) dan Bandung (Kecamatan Pasirjambu), yang merupakan sentra teh di Provinsi Jawa Barat.Data diperoleh melalui wawancara dengan:pejabat pada instansi pemerintah, koperasi, pabrikan, asosiasi petani teh, kelompok tani, serta petaniteh yang diambil secara purposive. Sedangkan responden diambil secara proposional dari ketiga wilayah penelitian, dansetiap kecamatan diambil 30 orang petani teh. Data dianalisis secara deskriptif, dengan pendekatan system thinking. Kendala yang dihadapi agroindustri teh rakyat, yaitu masih kurang dalam: 1) ketersediaan pucuk teh sebagai bahan baku, 2) pengetahuan untuk meningkatkan nilai tambah pucuk teh, 3) kemampuan penyediaan modal dan mesin olah pucuk teh, dan 4) dukungan pemerintah dalam mempromosikan teh olahan rakyat (misalnya: dalam rapat atau kegiatan yang berlangsung di pemerintahan belum memanfaatkan produk olahan teh dari petani). Kondisi ini berdampak terhadap keberlanjutan agroindustri teh rakyat.
Kata kunci: agroindustri, berkelanjutan, kemandirian, nilai tambah, teh rakyat.
ABSTRACT
The increasing market demand, abroad and domestically in the form of "instant tea" (food, beverage, pharmaceutical, cosmetics), and also support from the higher government through GPATN program makes the oopportunities of tea small holder groups into tea agro-industry business is quite huge.But infact, this opportunity cannot be utilized properly by tea small holder. Most of the tea small holders still sell their products in the form oftea fresh leaf. This research was conducted to investigate the constrain of tea small holder in agroindustry development.The study was conducted using a survey descriptive study approach. Selected location research is located at the center of tea small holder in West Java province, i.e.District of Garut, Cianjur and Bandung. In this research, the data were collected by interviews with relevant parties, i.e. officials at government agencies, cooperatives, manufacturers, associations of tea farmers, tea small holder groups, and tea farmers.While respondents were taken proportionally from the three study areas, and each district was taken by 30 tea farmers. Data were analyzed descriptively, with a system thinking approach. Constraints faced by the tea tea agro-industry, which are still lacking in: 1) the availability of tea shoots as raw materials, 2) knowledge to increase the added value of tea tops, 3) the ability to provide capital and tea shoot machines, and 4) government support in promoting tea processed by the people (for example: in meetings or activities that take place in the government have not utilized tea processing products from farmers). This condition has an impact on the sustainability of the people's tea agro-industry.
Key words : agro-industry, independence,sustainability,tea small holder, value added
Teks Lengkap:
670-680Referensi
Bisnis Indonesia. 23 September 2013. Jabar Siap Revitalisasi Kebun Teh. (http://epaper.bisnis.com/)
Departemen Pertanian 2008. Pedoman Budidaya Tanaman Biofarmaka yang baik (Good Agriculture Practices). Dirjen Hortikultura.
Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2006. Inventarisasi Pendapatan/Daya Beli Petani Pada Perkebunan Rakyat Di Provinsi Jawa Barat.
Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2014. Kajian Pengembangan Kawasan Agribisnis Teh Rakyat Di Provinsi Jawa Barat.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015.Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016 Teh.
Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, Direktorat Jenderal Perkebunan-Kementerian Pertanian, 2015. Pengembangan Agribisnis Teh 2016-2045. Jakarta.
Fakultas Pertanian UNPAD dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2006. Inventarisasi Pendapatan/Daya Beli Petani Pada Perkebunan Rakyat Di Provinsi Jawa Barat.
Forum Sertifikasi Teh Indonesia. 2010. Good Agricultural Practices. Newsletter Sustainable Tea. Edisi September-Oktober 2010.
International Tea Committee. 2015. Annual Bulletin of Statistics 2015. International Tea Committee, London.
Lexi J. Moleong, M. A. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya
Lucyana Trimo, Rohayati Suprihatini, Kralawi Sita, Shabri dan Hilman Maulana.2015. Pengujian Produk dan Pasar Tepung Teh Sebagai Bahan Baku Industri Minuman, Makanan dan Biofarmaka Di Jawa Barat. BP3IPTEK dan UNPAD.
Rusidi. 1996. Metode Ilmiah. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: EdisiRevisi V (Jakarrta Rineka Cipta, 2002),
DOI: https://doi.org/10.24198/agricore.v4i1.23209
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##