Performansi Pertumbuhan Bibit Kultur Jaringan Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus alvarezii) di Perairan Teluk Vid Bangir
Abstrak
Ketersediaan bibit rumput laut kotoni dalam hal kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang memadai merupakan salah satu masalah mendasar bagi pengembangan budidayanya. Penelitian ini bertujuan mengetahui performansi pertumbuhan bibit kultur jaringan rumput laut, K. alvarezii hasil domestikasi Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok. Bibit rumput laut setelah ditimbang ditanam dengan metode long line dan diukur beratnya setelah 30 hari pemeliharaan. Sampling paramater kualitas air dilakukan setiap minggu secara periodik. Pada akhir masa pemeliharaan dilakukan penimbangan untuk mengetahui pertumbuhan berat mutlak, berat harian dan pertumbuhan spesifik harian, sekaligus dilakukan observasi untuk mengamati morfologi terhadap thallus yang diuji. Data hasil penimbangan dan observasi dianalisis secara deskriktif kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang diperoleh menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik dan ukuran bibit yang hampir seragam. Bentuk morfologi bibit memperlihatkan thallus bersih, segar dan berwarna cerah dengan percabangan yang banyak. Keseluruhan parameter kualitas air berada pada kisaran yang layak sampai dengan optimum. Bibit kultur jaringan dianggap layak dikembangkan di perairan Teluk Vid Bangir dan perairan sekitarnya.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Anggadiredja, J. T., Zatnika, A., Purwoto, H & Istini, S. (2006). Rumput Laut: Pembudidayaan, Pengolahan & Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. 148 hal.
Baedah, M. A. (2011). Perlunya Standar Operasional Prosedur (SPO) Pengadaan Bibit Rumput Laut di Sulawesi Tengah. Makalah. Palu: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah.
BSN. (2011). SNI 7673.2:2011 : Produksi Rumput Laut Kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2 Metode long line. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
Castell, J. D., & Tiews, K. (1980). Report of the EIPAC, IUNS and ICES Working Group on the Standardization of Metodology in Fish Nutrition Research.
Hamburg: Germany EIFAC Tech. Paper. 24 pp.
DKP. (2006). Petunjuk Teknis Budidaya Laut Rumput Laut Eucheuma spp. Direktorat Produksi. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
DKP Maluku. (2015). Laporan Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2014. Ambon: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku.
DKP Maluku. (2014). Penyusunan Peta Potensi Kawasan Budidaya Perikanan Maluku. Naskah Akademik. Ambon: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku.
DKP Maluku. (2012). Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Gugus Pulau VIII (Kepulauan Kei). Naskah Akademik. Ambon: Kerjasama DKP Provinsi Maluku - CV Mitra Karya Konstruksi.
Fortes, M. D. 1989. Seagrasses: a resource unknown in the ASEAN region. ICLARM Education. Series 5. Manila. Philiphines: International Centre for Living Aquatic Resources Management.
Hurtado, A.Q., & Cheney, D.P. (2003). Propagule Production of Eucheuma denticulatum (Burman) Collins et Harvey by Tissue Culture. Bot. Mar., 46(4):338-341.
Kadi, A & Atmadja, W.S. (1988). Rumput Laut (Algae): Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Jakarta: LIPI. 71 hal.
Mulyaningrum, S. R. H. (2018). Mengapa perlu kultur jaringan rumput laut ?. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2018. http://bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/Newsletter-kultur-jaringan_Januari_2.pdf
Neish, I. C. (2005). The Eucheuma Seaplant Handbook; Vol I: Agronomy, Biology and Culture System. Seaplantnet Technical Monograph. 36 hal.
Parenrengi, A., Rachman Syah & Suryati, E. (2011). Budidaya Rumput Laut Penghasil Karaginan (Karaginofit). Seri Teknologi Untuk Minapolitan. Edisi Revisi. Jakarta: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Badan Pengembangan dan Penelitian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. 54 hal.
Puslitbangkan. (1991). Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Departemen Pertanian.
Rusman. (2013). Petunjuk Teknis Domestikasi Bibit Kultur Jaringan Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus alvarezii). Lombok Barat: Balai Budidaya Laut Lombok. 11 hal.
Sujatmiko, W & Angkasa, W. I. (2004). Teknik Budidaya Rumput Laut dengan Metode Tali Panjang. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengkajian Teknologi.
Sulistiani, E., Soelistyowaty, D. T. & Yani, S. A. (2012). Callus induction and filaments regeneration from callus of cottonii seaweed (Kappaphycus alvarezii (Doty) collected from Natuna Island, Riau Islands Province. BIOTROPIA., 19(2):103-114.
Yulianto, K. (2003). Pengamatan Penyakit “ice-ice” dan Alga Kompetitor Fenomena Penyebab Kegagalan Panen Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) (C.) Agardh di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Tahun 2000 dan 2001. Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional: 100-103.
DOI: https://doi.org/10.24198/jaki.v3i2.23394
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc-nd4.footer##
Jurnal Ini Terindeks di:
Penerbit:
Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor