Parameter Air , Produksi dan Pendapatan Tambak Bandeng Sivofishery dan Non-Silvofisheries di Kabupaten Cilacap

Nurul Ekawati, Purnama Sukardi, Moh. Husein Sastranegara

Abstrak


Permasalahan lingkungan sekarang ini disebabkan oleh kegiatan sosial ekonomi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat pesisir membuka tambak pada hutan mangrove. Pembukaan areal pertambakan pada hutan mangrove menyebabkan fungsi dari hutan mangrove hilang. Pola pertambakan yang dipadukan dengan hutan mangrove (silvofishery) dibuat dengan tujuan untuk kelestarian hutan mangrove dan masyarakat tidak kehilangan mata pencahariannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter air, produksi dan pendapatan petambak. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai. Pengambilan sampel dilakukan dengan tiga kategori seperti pengambilan sampel air, bandeng, dan masyarakat. Sampel air diambil 2 minggu sekali selama 2 bulan. Sampel bandeng diukur produksinya. Sampel masyarakat diambil melalui wawancara sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi parameter air ke dua tambak layak untuk budidaya ikan bandeng, namun pada tambak non-silvofishery nafsu makan ikan mulai berkurang. Produksi ikan bandeng yang dihasilkan pada tambak silvofishery (66,12 g/m2)lebih tinggi dari tambak non-silvofishery (28,37 g/m2). Pendapatan petambak dari tambak silvofishery (Rp 477.000,-) lebih tinggi dari tambak non-silvofishery (Rp 366.000,-). Secara umum, kondisi parameter air tambak silvofishery dan non-silvofishery yang mempengaruhi produksi dan pendapatan ialah suhu dan TSS. Pada ke dua tambak apabila suhu dan TSS meningkat maka akan meningkatkan produksi dan pendapatan.


Kata Kunci


Parameter Air; Pendapatan Petambak; Produksi Bandeng; Silvofishery; Non-Silvofishery

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


APHA, AWWA, and WEF. 2005. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, 21st ed. American Public Health Association, American Water Works Association, Water Environment Federation, Washington.

Aswadi, M. 2006. Pemodelan Fluktuasi Nitrogen (Nitrit) pada Aliran Sungai Palu. Jurnal Smartek 4(2): 112-125.

Belvivatria. 2010. Pengelolaan Ikan Bandeng Tanpa Duri. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa 1(18): 18-24.

Bengen, D.G. 2002. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Effendy. 2010. Efisiensi Faktor Produksi dan Pendapatan Padi Sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso. Jurnal Agroland 17(3): 233-240.

Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian 23(1): 15-21.

Gunawan, H., C. Anwar, R. Sawitri, dan E. Karlina. 2007. Status Ekologis Silvofishery Pola Empang Parit di Bagian Pemangkuan Hutan Ciasem-Pamanukan, Kesatuan Pemangkuan Hutan Purwakarta. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 4(4): 429-439.

Kamal, E. 2006. Potensi dan Pelestarian Sumberdaya Pesisir Hutan Mangrove dan Terumbu Karang di Sumatera Barat. Mangrove dan Pesisir 6(1): 12-18.

Kamal, E., J.S. Bujang, M.L. Suardi, dan M. Harah. 1998. Fungsi dan Manfaat Hutan Bakau. Fish Journal Garing 7(1): 52-59.

Kordi, K.M.G.H. 2009. Sukses Memproduksi Bandeng Super. Lily, Yogyakarta.

Kusmana, C. 1996. Nilai Ekologis Hutan Mangrove. Media Konservasi 5(1): 17-24.

Majid, M.R. 2009. Impact of Reclamation Activities on Environment Study Area: Northern Coast of Batam, Indonesia. Jurnal Alam Bina 10(1): 1-11.

Mansyur, A. dan S. Tonnek. 2003. Prospek Budidaya Bandeng dalam Karamba Jaring Apung Laut dan Muara Sungai. Jurnal Litbang Pertanian 22(3): 79-85.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Sekretariat Negara, Jakarta.

Noer, A.H. 2009. Model Dinamika Rantai Makanan pada Ekosistem Mangrove di Laguna Tasilaha. Media Litbang Sulteng 2(2): 110-120.

Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International, Indonesia Programme, Bogor.

Odum, E.P. 1996. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd, Philadelphia.

Poernomo, A. 1988. Faktor Lingkungan Dominan pada Budidaya Udang Intensif. Badan Penelitian dan Pengembangan Nasional, Jakarta.

Prasetiyono, E. 2013. Efektivitas Kompos Batang Pisang (Musa sp.) untuk Meminimalisasi Kandungan Logam Berat Timah Hitam (Pb) dan Menaikkan pH rendah pada Media Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Akuatika 7(1): 1-7.

Primavera, J.H. 1997. Socio-Economic Impacts of Shrimp Culture. Aquaculture Research 28: 815-827.

____________. 2006. Overcoming the Impacts of Aquaculture on the Coastal Zone. Ocean and Coastal Management 49: 531-545.

Purnomo, P.D. 2012. Pengaruh Penambahan Karbohidrat pada Media Pemeliharaan Terhadap Produksi Budidaya Intensif Nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management and Technology 1(1): 161-179.

Raharjo, A.B. 2003. Pengaruh Kualitas Air pada Tambak Non-silvofishery dan Silvofishery terhadap Hasil Udang Alam di Desa Grinting Kabupaten Brebes. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponogoro, Semarang.

Requintina, E.D., A.J. Mmochi, and F.E. Msuya. 2006. A Guide to Milkfish Culture in Tanzania Sustainable Coastal Communities and Ecosystem Program. Western Indian Ocean Marine Science Association, Hawaii.

Riko, Y.A., Rosidah., dan T. Herawati. 2012. Intensitas dan Prevalansi Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dalam Karamba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3(4): 231-241.

Romadon, A. dan E. Subekti. 2011. Teknik Budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Demak. Mediagro 7(2): 19-24.

Sadi. 2006. Kajian Finansial Usaha Tani Tambak Tumpangsari Sistem Empang Parit di Hutan Mangrove: Studi Kasus di Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut dan Kebutuhan Oksigen Biologi sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana 30(3): 21-26.

Saru, A. 2008. Analisis Strategi Pemanfaatan Ekosistem Mangrove di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Torani 18(1): 19-29.

Setyawan, A.D. dan K. Winarno. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya Restorasinya. Biodiversitas 7(3): 282-291.

Sihmiati, N. 2009. Konservasi Lahan Basah. Wetlands International, Bogor.

Soetarto, E.S. 1988. Limbah dan Permasalahannya. Kursus Singkat Penanganan Limbah Secara Hayati. Bioteknologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Standar Nasional Indonesia. 2009. Tentang Produksi Bandeng Ukuran Konsumsi di Tambak No 7309. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta, Bandung.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tarigan, M.S. dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Manakara Sains 7(3): 109-119.

Vocational Education Development Center for Agriculture. 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Institut Teknologi Bandung, Bandung.




DOI: https://doi.org/10.24198/jaki.v2i1.23407

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc-nd4.footer##

Jurnal Ini Terindeks di:


 width= width= width= width= width= width= width= width= width=


 

Penerbit:

Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor