Penentuan Kawasan Asuhan Udang Sebagai Salah Satu Opsi Konservasi di Perairan Muara Gembong

Adriani Sri Nastiti, Mujianto Mujianto, Masayu Rahmia Anwar Putri, Dimas Angga Hedianto, Indriatmoko Indriatmoko, Joni Haryadi

Abstrak


Sumberdaya udang tangkapan di perairan Muara Gembong mengalami penurunan, salah satu penyebabnya adalah rusaknya habitat mangrove yang berakibat habitat asuhan udang terganggu. Kawasan asuhan udang menjadi salah satu opsi konservasi yaitu sebagai sumber rekruitmen stok udang dan biota laut lainnya. Tujuan penelitian ini untuk menentukan kawasan asuhan sumber daya udang. Penelitian dilakukan di 20 stasiun pada bulan Maret, Juli, dan September 2018. Kriteria penentuan kawasan asuhan udang meliputi: Eko-biologi, Sosial-Budaya-Ekonomi, dan Integrasi Sosio-Ekobiologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa di stasiun penelitian nomor 11 wilayah perairan Mulut Muara Kuntul, Desa Pantai Sederhana yaitu Pulau Buaya sesuai untuk calon kawasan asuhan udang. Di Pulau Buaya teridentifikasi udang pada fase larva sebanyak 2,45%, post larva 1,04-76,83% dan komposisi juvenile udang dari famili Penaeidae sebanyak 72,5%, Palaemonidae 19,65%, Atydae 7,95% dan Squilidae 3,3%. Ketersedian sumberdaya udang didukung oleh kualitas perairan, ketersediaan pakan alami, dukungan masyarakat dan pemerintah daerah. Posisi geografis Pulau Buaya pada 107°0'47,044" - 106°59'37,968" BT dan 5°58'49.431" - 6°0'51,683" LS dengan luas sekitar 42,104 Ha.


Kata Kunci


Konservasi; Mangrove; Muara Gembong; Perairan Pesisir; Udang.

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


APHA (American Public Health Association). (1989). Standard Methods for The Examination of Waters and Wastewater. 17th ed. Washington D.C: American Public Health Association, American Water Works, Water Pollution Control Federation.

Asriyana & Yuliana. (2012). Produktivitas Perairan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Beck MW, Heck KL Jr, Able KW, Childers DL, Eggleston DB, Gillanders BM, Halpern BS, Hays CG, Hoshino K, Minello TJ, Orth RJ, Sheridan PF & Weinstein MP. (2003). The role of nearshore ecosystems as fish and shellfish nurseries. Issues in Ecology, 11, 1–12.

Bengen DG. (2000). Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor (ID): Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan-Institut Pertanian Bogor.

Brower J, Jernold Z & Von Ende C. (1990). Field and Laboratory Methode for General Ecology. Third Edition. USA: W.M.C. Brown Publisers.

Bruno C, Cousseau MB & Bremec C. (1998). Contribution of polychaetous annelid to the diet of Cheilodactylus berghi (Pisces, Cheilodactilidae). Abstract of 6th International Polychaete Conference.

Brazil, 2-7 Agustus 1998. International Polychaetes association.

Dahuri R, Rais J, Ginting SP & Sitepu MJ. (2001). Pengelolan Sumber daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Direktorat Bina Pesisir. (2004). Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Jakarta: Ditjen Pesisir dan Pulau Pulau Kecil, DKP.

Fatmasari D. (2014). Analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat pesisir Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Al-amwal, 6, (1), 144-166.

Gumilar I. (2012). Partisipasi masyarakat pesisir dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove berkelanjutan di Kabupaten Indramayu. Jurnal Akuatika, 3, (2), 198–211.

Harnani BRD. (2017). Kemampuan Avicennia marina dan Avicennia alba untuk menurunkan konsentrasi tembaga (Cu) di muara Sungai Wonorejo, Surabaya. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Heupel MR, Carlson JK & Simpfendorfer CA. (2007). Shark nursery areas: concepts, definition, characterization and assumptions. Marine Ecology Progress Series, 337, 287–297.

Indrayanti MD, Fahrudin A & Setiobudiyanti I. (2015). Penilaian jasa ekosistem mangrove di Teluk Blanakan Kabupaten Subang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20, (2), 91-96.

Kelana PP, Setyobudi I & Krisanti M. (2015) Kondisi habitat Polymesoda erosa pada kawasan ekosistem mangrove Cagar Alam Leuweng Sancang. Jurnal Akuatika, 6, (2), 107-117.

Gubernur Jawa Barat. (2019). Keputusan Gubenur Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Barat 2019-2039. Bandung: Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2004). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Standar Baku Kerusakan Hutan Mangrove. Jakarta: Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2004). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta: Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

Nastiti AS, Syam AR, Mujianto, Danu W, Putri MRA, Hedianto DA, Riswanto, & Indriatmoko. (2018). Riset Model Rehabilitasi Kawasan Estuari Di Pantai Utara Jawa (Muara Gembong, Bekasi). Laporan Akhir. Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan. Badan Riset dan SDM Kelautan Perikanan

Nastiti AS, Sumiono B & Fitriyanto A. (2012). Distribusi spasial dan temporal juvenil udang dalam kaitannya dengan lingkungan perairan di Teluk Jakarta. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 18, (3), 157-166.

Nofiyanti VK, Subandiyono & Suminto. (2014). Aplikasi feeding regimes yang berbeda terhadap tingkat konsumsi pakan alami, perkembangan dan kelulusanhidupan larva udang windu (Peneaus monodon). Journal of Aquaculture Management and Technology, 4, 49-57.

Noor YR, Khazali M & Suryadiputra INN. (2012). Panduan pengenalan mangrove di Indonesia. Bogor: Wetlands International Indonesia Programme.

Nurfiarini A, Nastiti AS, Syam AR, Purnamaningtyas SE, Mujiyanto, Suryandari A, Wijaya D, Putri MRA & Hediyanto DA. (2017). Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan Di Pantai Utara, Kabupaten Brebes. Laporan Teknis. BRPSDI-PURISKAN. 200 Hal.

Oktaviani S, Yonvitner & Imran Z. (2019). Daya dukung optimum berbasis pola tata guna lahan pesisir di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11, (1), 75-87.

Pemerintah Republik Indonesia. (2007). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Putri MRA, Hedianto DA & Purnamaningtyas SE. (2019). Keanekaragaman sumber daya udang di Muara Gembong dalam Krismono & Widodo (Eds). Strategi Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Pesisir Muara Gembong Teluk Jakarta. Jakarta: Amafrad Press.

Promhom S, Sukree H & Reunchai T. (2015). Species composition and abundance of Penaeid shrimps in the outer Songkhla Lake of Thailand. Journal of Agricultural Technology, 11, (2), 253-274.

Purbani D. (2020, 6 Juni). Upaya mengembalikan keseimbangan ekosistem dengan struktur hybrid engineering. Diacu pada 13 Juli 2020, dari https://www.cendananews.com/2020/06/upaya-mengembalikan-keseimbangan-ekosistem-dengan-struktur-he.html

Purwanto. (2013). Status bio-ekonomi perikanan udang di Laut Arafura. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 19, (4), 227-234.

Puspasari R, Hartati ST & Anggawangsa RF. (2017). Analisis Dampak reklamasi terhadap lingkungan dan perikanan di Teluk Jakarta. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 9, (2), 85-94.

Redjeki S. (2013). Komposisi dan kelimpahan ikan di ekosistem mangrove di Kedungmalang, Jepara. Ilmu Kelautan, 18, (1), 54-60.

[SEAFDEC] South East Asian Fisheries Development Center. (2007). Larval Fish Identification Guide for the South China Sea and Gulf of Thailand. South East Asian Fisheries Development Center in Collaboration with the UNEP/GEF South China Sea Project.

Septiarusli EI. (2010). Ekosistem Mangrove Di Jawa Barat. Deep Blue Sea. Diacu tanggal 27 Nopember 2020 dari https://irmaneka.wordpress. com/2010/03/30/ekosistem-mangrove-di-jawa-barat.

Shannon CE & Weaver W. (1963). The Mathematical Theory of Communication. Illinois: The University of Illinois Press.

Sondita MFA. (2010). Manajemen Sumberdaya Perikanan. Pandeglang: Universitas Terbuka.

Sparre P & Venema SC. (1992). Introduksi pengkajian stok ikan tropis. Buku 1. Manual. Jakarta: Pusat Riset dan Pengembangan Perikanan.

Tirtadanu, Suprapto & Pane AR. (2018). Komposisi jenis sebaran dan kepadatan stok udang pada musim selatan di perairan timur Kalimantan. Bawal, 10, (1), 41-47.

Toro V & Soegiarto K. (1979). Biologi Udang. Dalam Soegiarto A, Toro V & Soegiarto KA (eds). Biologi, Potensi Budidaya, Produksi dan Udang sebagai Bahan Makanan di Indonesia. Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi. Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI.

Turner RE. (1977). Intertidal vegetation and commercial yields of Penaeid shrimp. Trans. Am. Fish. Soc., 106, 411-416.

[UNEP] United Nations Environment Programme. (2011). Economic Analysis of Mangrove Forests: A case study in Gazi Bay, Kenya is prepared as part of the efforts of the United Nations Environment Programme of promoting coastal intertidal forests as a significant green economy asset for Kenya which require consideration when calculating national accounts. UK: UNEP.

Vallina SM, Cermenoa P, Dutkiewiczb S, Loreauc M & Montoya JM. (2017). Phytoplankton functional diversity increases ecosystem productivityand stability. Ecological Modelling, 361, 184–196.

Vo Quoc T, Kuenzer C, Vo Quang M, Moder F & Oppelt N. (2012). Review of valuation methods for mangrove ecosystem services. Journal of Ecological Indicators, 23, 431-446.

Wassenberg TJ & Hill BJ. (1993). Diet and feeding behavior of juvenile and adult banana prawns Penaeus merquensis in The Gulf of Carpentaria, Australia. Marine Ecology Progress Series, 94, 287-295.

Yamaji I. (1979). Illustration of The Marine Plankton of Japan. Japan: Hoikusha Publishing Co. LTD.

Zainuddin M., Safruddin dan Tresnati J. (2008). Penentuan Daerah Penangkapan di Kabupaten Pangkep. Laporan Akhir. CV. Pratama Consultants.




DOI: https://doi.org/10.24198/jaki.v6i1.30782

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc-nd4.footer##

Jurnal Ini Terindeks di:


 width= width= width= width= width= width= width= width= width=


 

Penerbit:

Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor