DILEMA PELEMBAGAAN PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) DI TINGKAT LOKAL: FENOMENA POLITIK KLAN
Muhammad Ridha
Abstract
Tulisan ini dimulai dari keresahan penulis mengenai fenomena politik klan yang banyak bermunculan di Indonesia, justru ketika Indonesia pada kenyataanyya sedang dalam proses demokratisasi. Harus diakui bahwa, fenomena politik klan membangun sebuah paradoks dalam proses demokratisasi di Indonesia. Namun pada tulisan ini, penulis mencoba untuk fokus kepada keterkaitan antara politik klan dengan institusionalisasi partai politik, dengan melihat partai Golkar sebagai sebuah arena dimana politik klan dan institusionalisasi partai bertemu. Pertemuan antara politik klan dan institusionaisasi partai ini dapat terjadi di Partai Golkar, karena disamping keberhasilan partai Golkar untuk bertahan dalam gelombang demokratisasi dan transformasinya dari organisasi penyokong rezim otoriter Orde Baru menjadi partai politik yang demokratis, dimana keberhasilan itu bisa dikatakan akibat dari adanya institusionalisasi partai yang baik, justru di tingkat daerah atau dalam istilah Partai Golkar, Dewan Pimpinan Daerah (DPD), banyak sekali terjadi praktik politik klan yang dari sudut pandang konsep Institusionalisasi partai adalah sebuah paradoks. Kesimpulan dari tulisan ini adalah, politik klan dapat muncul dalam proses demokratisasi internal partai Golkar akibat dari, pertama, demokrasi di Indonesia yang membutuhkan biaya sangat mahal yang membuat partai membutuhkan dukungan finansial yang mumpuni dengan memanfaatkan kader-kader di daerah yang tergolong kepada local strongman yang memiliki akses kepada modal ekonomi dan juga modal sosial. Kedua, adanya ketidaksiapan publik menghadapi perubahan yang dibawa oleh demokratisasi, ketika mereka sudah terbiasa selama 32 tahun berada dalam baying-bayang rezim otoriter Orde Baru untuk memilih seseorang dalam pemilu berdasarkan hubungan patron-klien
Keywords
Demokratisasi, Politik Klan, Institusionalisasi Partai, Partai Golkar