DESENTRALISASI FISKAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA OTONOMI DAERAH PASCA PEMEKARAN (Studi di Kabupaten Tulang Bawang, Tuba Barat, dan Mesuji Lampung)
Abstract
Desentralisasi fiskal secara teori akan berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, serta peningkatan akuntabilitas dan efisiensi. Dalam perspektif pemerintahan, desentralisasi fiskal kemudian menjadi strategi yang wajib dijalankan oleh pemerintah pusat untuk membangun hubungan yang selaras antar unit pemerintahan baik secara vertikal maupun horizontal. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah benarkah desentralisasi fiskal dapat mewujudkan kemandirian pada daerah-daerah pasca pemekaran sebagai wujud kinerja otonomi daerah? dengan locus di Provinsi Lampung, yaitu Kabupaten Tulang Bawang (sebagai kabupaten induk), Tulang Bawang Barat, dan Mesuji (hasil pemekaran). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan atau analisa kualitatif. Secara faktual terbukti bahwa sepuluh tahun pasca pemekaran, jumlah transfer dana dari pusat maupun pertumbuhan ekonomi pada tiga kabupatan pasca pemekaran selalu meningkat setiap tahun. Namun demikian, terdapat dua temuan terkait dengan relasi antara desentralisasi fiskal dengan kinerja otonomi daerah. Pertama, desentralisasi fiskal lebih banyak dimaknai sebagai penyerahan sejumlah uang ke daerah sehingga strategi peningkatan kemampuan keuangan lebih berfokus pada seberapa besar uang dari pusat dapat masuk ke daerah dalam bentuk dana perimbangan. Kedua, pemberian wewenang kepada daerah untuk memungut sumber pendapatan dalam bentuk pajak dan retribusi daerah justru lebih dominan dilakukan demi tujuan pendapatan daripada pelayanan. Oleh karena itu, meskipun desentralisasi fiskal berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten induk maupun kabupaten pemekaran, namun ternyata belum mampu mewujudkan kemandirian daerah. Pada konteks yang lebih makro, penelitian ini memiliki keterbatasan argumentasi karena kinerja otonomi atau kemandirian daerah hanya mampu dinilai pada sisi makro-ekonomi serta sisi kemampuan keuangan. Sejatinya, terdapat indikator atau aspek yang lebih komprehensif selain keduanya.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Abimanyu, A. dan Megantara, A. (2009). Era Baru Kebijakan Fiskal; Pemikiran, Konsep dan Implementasi, Penerbit Kompas, Jakarta: Penerbit Kompas.
Amri, P, D. (2000). Dampak ekonomi dan politik Undang Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah. Jakarta: CSIS Working Paper Series.
Bahl, R. W. & Linh, J. (1992). Urban Finance in Development Countries. New York: Oxford University Press.
Bird, R. M., and Vaillancourt, F. (2000). Fiscal Decentralization in Developing Countries, United Kingdom: Cambridge University Press.
Gramlich, E. (1993). A Policy Maker’s Guide to Fiscal Decentralization. National Tax Journal, Volume XLVI, Hal 229-235.
Halim, Abdul. (2001). Manajemen Keuangan Daera. Yogyakarta: UPP YKPN.
Martinez, V. J. M., & McNab, R. (2001). Fiscal Decentralization, Economic Growth, and Democratic Governance. Working Paper.
Munir, Dasril dan Tangkilisan. (2004) Kebijakan dan Manjemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: YPAPI.
Nurman, Muhammad Andry. (2013). Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Disparitas Pendapatan Regional di Indonesia Tahun 2001-2008. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 9, Nomor 1, Maret 2013, Hal 1-20.
Peterson, G. E. (1996). Decentralization in Latin America: Learning Through Experience. Washington DC: World Bank.
Phillips, K. L., & Woller, G. (1997). Does Fiscal Decentralization Lead to Economic Growth? Working Paper.
Prud’homme, R. (1995). On the Danger of Decentralization. Working Paper.
Purba, Ris Ulina. (2012). Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Di Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan
Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Rosdiana, Dewi, Suhendra E. Susi, dan Pasaribu R.B.F. (2015). Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dan Ketimpangan Pendapatan Di Pulau Jawa Tahun 2009-2013. Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol. 6, Oktober 2015. Universitas Gunadarma Jakarta, 20-21 Oktober 2015.
Saputra, Bambang. (2012). Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat. JAAI, Volume 16 No. 2, Desember 2012, Hal 185–199.
Simanjuntak, R. A. (2010). Desentralisasi Fiskal dan Manajemen Makroekonomi: Urgensi Suatu Grand Design di Indonesia. Majalah Prisma, 29(3), hal. 35-57.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan RD. Bandung: Alfabeta
Sumardi. (2014). Determinan Efektivitas Pengaruh Kebijakan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kemampuan Keuangan Daerah Serta Dampaknya Pada Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Journal of Rural and Development, Volume V No. 2 Agustus 2014. Hal 147-166.
Syaifullah, Ahmad dan Malik, Nazaruddin. (2017). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Tingkat Kemiskinan di ASEAN-4. Jurnal Ilmu Ekonomi,, Vol 1 Jilid 1/2017, Hal. 107 – 119.
World Bank. (1997a). The World Development Report. New York: Oxford University Press.
DOI: https://doi.org/10.24198/cosmogov.v5i2.22803
DOI (PDF (Bahasa Indonesia)): https://doi.org/10.24198/cosmogov.v5i2.22803.g12012
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Cosmogov: Jurnal Ilmu Pemerintahan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.