HUBUNGAN KARAKTERISTIK GUGUS FUNGSIONAL TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN BATUBARA PADA FORMASI STEENKOOL DI DAERAH TISIHU, KABUPATEN TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT

Gerald Khansa Muhammad, Ahmad Helman Hamdani, Agus Didit Haryanto

Abstrak


Batubara merupakan sumber energi yang banyak digunakan di seluruh dunia, meskipun banyak alternatif sumber energi lain seperti panas bumi yang akhir-akhir ini mulai banyak dikembangkan. Pematangan batubara berhubungan langsung dengan kualitas batubara, sehingga diperlukan analisis penentuan karakteristik dan tingkat kematangan batubara agar penggunaan batubara dapat dilakukan secara tepat. Terdapat potensi batubara di Provinsi Papua Barat yang menyisip pada Formasi Steenkool namun potensi tersebut belum ditangani secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik gugus fungsional batubara pada daerah penelitian dan menganalisis hubungan struktur molekul yang terbagi ke dalam beberapa gugus fungsional dengan tingkat kematangan yang terdapat pada daerah penelitian dengan menggunakan analisis Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Parameter struktur molekul yang tersebar di beberapa gugus fungsional pada batubara dikorelasikan dengan nilai indikator peringkat batubara yaitu nilai rasio H/C. Ketujuh sampel merupakan batubara tipe High Volatile Bituminous A Coal yang diklasifikasikan menurut ASTM D 388-05. Hasil analisis menunjukan rentang nilai dari parameter FTIR terdapat 2 parameter yang menunjukan kenaikan nilai tren seiring bertambahnya nilai H/C yang konsisten dengan penelitian terdahulu, yaitu parameter ƒa = 0,551 – 0,61, (R/C)u = 0,24 – 0,29. Parameter lainnya yang tidak konsisten yang seharusnya meningkat yaitu DOC = 0,068 – 0,121, I = 0,139 – 0,235, ‘C’ = 0,008 – 0,034 dan terdapat 2 parameter yang seharusnya menunjukan penurunan nilai tren seiring bertambahnya peringkat batubara, parameter tersebut yaitu Hal/H = 0,81 – 0,878, A(CH2)/A(CH3) = 0,37 – 0,45. Dari seluruh parameter FTIR yang diteliti, hanya 2 dari 7 parameter konsisten dengan hasil penelitian terdahulu dengan nilai korelasi yang kuat R>0,5 dan pengaruh yang besar R2 mendekati 1. Adanya ketidaksesuaian dari hasil perhitungan ini disebabkan oleh persebaran sampel yang seragam hanya pada satu kelas saja, sedangkan penelitian terdahulu memiliki sampel yang lebih variatif.
Kata Kunci: Batubara, Struktur Molekul, Formasi Steenkol, Gugus Fungsional, FTIR


Teks Lengkap:

PDF


DOI: https://doi.org/10.24198/pgj.v7i1.49338

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


PUBLISHED BY

FACULTY OF GEOLOGICAL ENGINEERING

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

INDONESIA

Dean's Building 2nd Floor
Ir. Soekarno ROAD, KM 21
Jatinangor, Sumedang 45363
West Java