TRADISI TUDANG SIPULUNG SEBAGAI BASIS PERDAMAIAN DALAM PERSPEKTIF GEREJA TORAJA JEMAAT SERITI

Valentino Ruminding, Tony Tampake, Imanuel Teguh Harisantoso

Abstrak


Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam rekonstruksi dan reaktualisasi Tudang Sipulung sebagai basis perdamaian, dengan memfokuskan perhatian pada pemaknaan Gereja Toraja Jemaat Seriti. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan jenis deskriptif. Dari hasil penelitian, Gereja Toraja Jemaat Seriti memaknai tradisi Tudang Sipulung sebagai basis perdamaian. Karena tradisi Tudang Sipulung dapat menjadi ruang negosiasi dan mediasi yang berlangsung berdasarkan prinsip-prinsip demokratis, dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal seperti Sipakatau (saling menghormati atau menghargai), Sipakainge’ (saling menasehati atau mengingatkan) dan Sipakalebbi (saling memuliakan). Tudang Sipulung berasal dari bahasa Bugis, Tudang berarti duduk dan Sipulung berarti bersama atau berkumpul. Tudang Sipulung memuat makna kerendahan hati untuk mau duduk bersama dalam memecahkan suatu persoalan secara bersama-sama sehingga terbangun keselarasan dan kebersamaan yang penuh cinta kasih dan damai sejahtera.

 

This research aims to contribute to the reconstruction and re-actualization of Tudang Sipulung as a basis for peace, by focusing attention on the meaning of the Seriti Congregation Toraja Church. The research method used is qualitative with a descriptive type. From the results of the research, the Toraja Church Seriti Congregation interprets the Tudang Sipulung tradition as a basis for peace. Because the Tudang Sipulung tradition can be a space for negotiation and mediation that takes place based on democratic principles, by prioritizing local wisdom values such as Sipakatau (mutual respect or respect), Sipakainge' (advise or remind each other) and Sipakalebbi (glorify each other). Tudang Sipulung comes from the Bugis language, Tudang means sitting and Sipulung means together or gathering. Tudang Sipulung contains the meaning of humility to want to sit together to solve a problem together so that harmony and togetherness full of love and peace can be built.


Kata Kunci


Perdamaian, Tudang Sipulung, Gereja

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Funay, Yaspis Edgar N. (2020). Moderasi Relasi Lintas Agama Tau Samawa (Orang Sumbawa) Berbasis Keseharian di Tana Sumbawa. Jurnal Sosiologi Agama Vol 14 No. 2 Juli-Desember Tahun 2020.

Ismail, Nawari. (2011). Konflik Umat Beragama dan Budaya Lokal. Bandung: Lubuk Agung.

Knitter, Paul F. Satu Bumi Banyak Agama. Diedit oleh Eko Y.A.F, dkk. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Kumbara, Ngurah Anom & Suka, Ginting. (2012). Wacana Antropologi: Membaca Ulang Teks Kebudayaan Menuju Transformasi Diri dalam Multikulturalisme. Pustaka Larasan: Denpasar.

Maran, Rafael Raga. (2001). Pengantar Sosiologi Politik Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nuh, Muhammad Syarif. (2016). Tudang Sipulung: A Conflict Resolution Wisdom of Bugis Makassar Community. Journal Harlev Vol 2 No. 2 Agustus Tahun 2016.

Ode, Samsul. (2015). Budaya Lokal Sebagai Media Resolusi dan Pengendalian Konflik di Provinsi Maluku (Kajian Tantangan dan Revitalisasi Budaya Pela). Jurnal Politika Vol 6 No. 2 Oktober Tahun 2015.

Susan, Novri. (2019). Sosiologi Konflik Teori-Teori dan Analisis. Jakarta: Prenada media Group.

Tampake, Tony. (2021). Tantangan Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Keindonesiaan. Jurnal Theologia Vol 6 No. 1 Februari Tahun 2016.

Tandisau, Yulianus. (ed). (2019). EBEN-HAEZER: Sejarah Gereja Toraja Jemaat Seriti. Seriti: BPM Gereja Jemaat Seriti.

Wirartha, I Made. (2006). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Andi.




DOI: https://doi.org/10.24198/jkrk.v5i1.44995

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik terindeks di:

 Google Scholar GarudaDimensions 

 

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.