DAMPAK PERCERAIAN ORANG TUA AKIBAT KETIDAKHARMONISAN HUBUNGAN KEDUA PIHAK TERHADAP PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK SAAT REMAJA: TEORI PSIKOSOSIAL ERIKSON
Abstrak
Perceraian antara pasangan suami istri yang sudah menjadi orang tua akibat pertengkaran yang terus-menerus dilakukan dapat membawa dampak buruk bagi proses pembentukan identitas anak, terutama saat anak sedang berada pada fase remaja. Aspek psikologis anak dan kebutuhan akan terbentuknya identitas selama masa eksplorasi saat remaja cenderung lebih sulit terpenuhi akibat ketidakhadiran dari sosok kedua orang tuanya secara utuh, terlebih pada fase ini, remaja sedang berada dalam labilitas jiwanya. Padahal, peran orang tua sangatlah signifikan di dalam proses perkembangan anak saat remaja, khususnya pada tugas anak untuk mencari dan mengeksplorasi identitas dirinya. Apabila orang tua tidak hadir secara utuh pada proses perkembangan anak, terutama saat remaja, maka anak akan cenderung tidak mendapatkan kebutuhan psikologis secara penuh, mengalami perasaan yang tidak menyenangkan (unwanted feelings), tidak memiliki pedoman hidup yang jelas, mengalami kebingungan peran, lebih mudah terpengaruh pada pergaulan buruk dari lingkungan di luar rumah, dan berperilaku agresif ataupun antisosial.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, yang mana penulis membaca beberapa sumber referensi dari jurnal artikel, lalu menuliskannya dengan kata-kata sendiri berdasarkan pemahaman pribadi, namun tetap berlandaskan pada ketentuan ilmiah yang ada. Selain itu, penulis juga memakai data sekunder yang telah dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2020 untuk menganalisis data perceraian di Kabupaten Bekasi yang telah tersaji pada tahun 2019.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Jurnal
Afghani, D. A. (2017). Perbedaan Coping Strategy dan Tingkat Stressor Antara Anak Single Parent dengan Orang Tua Lengkap di SMAN 3 Surakarta.
Asilah, A., & Hastuti, D. (2014). Hubungan tingkat stres ibu dan pengasuhan penerimaanpenolakan dengan konsep diri remaja pada keluarga bercerai. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 7(1), 10-18.
Astuti, D. (2017). Keterlibatan Pengasuhan Ayah Sebagai Orang Tua Tunggal dengan Anak Perempuannya Setelah terjadinya Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Antarpribadi di Desa Kwangsan, Kecamatan Jumapolo). Komuniti: Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi, 8(1), 19-34.
Chung, D.Y. (2018) The Eight Stages of Psychosocial Protective Development: Developmental Psychology. Journal of Behavioral and Brain Science, 8, 369-398. https://doi.org/10.4236/jbbs.2018.86024
Cipta, H. (2017). Dampak Perceraian Terhadap Kenakalan Remaja. Edugama: Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan, 3(2), 88-103.
Darmawati, D. (2017). Perceraian dalam Perspektif Sosiologi. Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman, 11(1), 64-78.
Dariyo, A., & Esa, D. F. P. U. I. (2004). Memahami psikologi perceraian dalam kehidupan keluarga. Jurnal Psikologi, 2(2), 94-100.
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143.
Hidayah, N., & Huriati, H. (2017). Krisis identitas diri pada remaja “identity crisis of adolescences”. Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman, 10(1), 49-62.
Irawan, R. R., & Asrina, A. (2020). Pembentukan Konsep Diri Remaja (Studi Pada Remaja Korban Perceraian Orang Tua) Di Kota Makassar Tahun 2020. Window of Public Health Journal, 48-58.
Kartono, M. (2005). Perbandingan perilaku agresif antara remaja yang berasal dari keluarga bercerai dengan keluarga utuh. Jurnal Psikologi Vol, 3(1), 1.
M Yusuf, M. Y. (2014). Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak. Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah, 20(1).
Primasti, K. A., & Wrastari, A. T. (2013). Dinamika psychological wellbeing pada remaja yang mengalami perceraian orangtua ditinjau dari family conflict yang dialami. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2(3), 120-7.
Ramdhanu, C. A. (2019). Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri. Journal of Innovative Counseling: Theory, Practice, and Research, 3(01), 7-17.
Sahlan, M. (2012). Pengamatan sosiologis tentang perceraian di Aceh. Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 14(1), 88-97.
Sarbini, W., & Wulandari, K. (2014). Kondisi psikologi anak dari keluarga yang bercerai.
Schwartz, S. J., Pantin, H., Prado, G., Sullivan, S., & Szapocznik, J. (2005). Family functioning, identity, and problem behavior in Hispanic immigrant early adolescents. The Journal of Early Adolescence, 25(4), 392-420.
Suhadi, S. (2012). Pernikahan Dini, Perceraian, dan Pernikahan Ulang: sebuah Telaah dalam Perspektif Sosiologi. Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture, 4(2), 168776.
Suliyanto, S. E., & MM, S. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif.
Tatlılıoğlu, Kasım. (2018). "According to Erik Erikson's psycho-social development theory concept identity and identity confusion in adolescence". (Erik Erikson'un psiko-sosyal gelişim kuramına göre ergenlik döneminde kimlik kavramı ve kimlik karmaşası)..
Wangge, B. D., & Hartini, N. (2013). Hubungan antara penerimaan diri dengan harga diri pada remaja pasca perceraian orangtua. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2(1), 1-6.
Rujukan elektronik
McLeod, S. A. (2018, May 03). Erik Erikson's stages of psychosocial development. Simply psychology: https://www.simplypsychology.org/Erik-Erikson.html
Provinsi Jawa Barat dalam Angka 2020. (2020, April 27). [Dataset]. Badan Pusat Statistik Jawa Barat. https://jabar.bps.go.id/publication/2020/04/27/cfab9a400cf304f800182a5f/provinsi-jawa-barat-dalam-angka-2020.html
DOI: https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.34554
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (JPPM) Terindeks di: