Hubungan Sikap terhadap Kematian dengan Spiritual Well-Being Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Rizki Amalia, Sunggoro Trirahardjo
Abstrak
Mahasiswa sebagai kelompok yang telah memahami bahwa kematian adalah akhir kehidupan merasa harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Mayoritas mahasiswa menyebutkan ibadah dan aktivitas keagamaan adalah bekal untuk mempersiapkan kematian. Hal ini menunjukkan adanya komponen spiritual well-being yaitu personal, komunal, lingkungan, dan Tuhan yang akan membentuk sikap terhadap kematian, yaitu sikap fear of death, death avoidance, neutral acceptance, approach acceptance, dan escape acceptance. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap-sikap dalam Death Attitude Profile dengan spiritual well-being mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan noneksperimental korelasional. Subjek penelitian adalah 266 mahasiswa dengan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap approach acceptance dengan spiritual well-being (r = .485, p = .000), serta hubungan negatif yang signifikan antara sikap escape acceptance dengan spiritual well-being (r = -.211, p = .001). Dengan memercayai adanya kehidupan setelah kematian, mahasiswa akan selalu berusaha menjalani hidupnya dengan utuh dan penuh makna sehingga spiritual well-being-nya akan tinggi. Sebaliknya, mahasiswa dengan sikap escape acceptance menganggap kematian sebagai jalan untuk menghindari penderitaan hidup yang bertentangan dengan karakteristik mahasiswa dengan spiritual well-being yang tinggi.
Kata Kunci
sikap terhadap kematian, spiritual well-being, mahasiswa