Penentuan kebutuhan air, pengaturan volume, dan interval penyiraman untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi bawang putih di dataran tinggi

Hamdan Drian Adiwijaya, Ika Cartika, Rofik Sinung Basuki

Abstract


Abstrak

Bawang putih merupakan jenis tanaman yang biasa ditanam di dataran tinggi tropis yang sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan. Kekurangan air  dapat menyebabkan pembentukan umbi terhambat sehingga akan mengurangi hasil poduksi. Agar dapat berproduksi optimal bawang putih memerlukan volume dan interval penyiraman yang tepat, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa kebutuhan air serta berapa banyak volume dan interval penyiraman yang harus diberikan. Penelitian disusun dalam dua tahap. Tahap pertama adalah penentuan kebutuhan air, sedangkan tahap kedua adalah eksperimen volume dan interval penyiraman. Penentuan kebutuhan air menggunakan software Cropwat v8.0, sedangkan penelitian kedua menggunakan rancangan petak terbagi. Petak utama merupakan volume penyiraman yang terdiri dari 4 taraf: 50%, 75%, 100%, dan 200% ETc, sedangkan anak petak adalah interval penyiraman yang terdiri dari 4 taraf: 2, 3, 4, 5, hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ETo berkisar antara 3,42 – 4,15 mm/hari dengan nilai Kc untuk bawang putih (Garlic) adalah 0,7 untuk fase vegetatif, 1,0 untuk fase pembentukan dan pengisian umbi, dan 0,7 untuk fase pematangan umbi. Pemberian volume air 200% Etc menghasilkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, tebal daun, panjang akar, volume akar, diameter umbi, jumlah siung, bobot segar umbi, dan bobot kering umbi yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan volume air lainnya, kecuali pada kandungan klorofil. Secara umum interval penyiraman 2 sampai dengan 5 hari tidak berpengaruh pada semua parameter pengamatan, kecuali pada jumlah daun dan jumlah siung. Interval penyiraman 2 hari menghasilkan jumlah daun dan jumlah siung lebih tinggi dibanding interval penyiraman 5 hari.

Kata kunci: Bawang putih ∙ Cekaman kekeringan ∙ Cropwat ∙ Dataran tinggi 

 

Abstract

Garlic is a type of highland tropical plant that is very sensitive to water stress. The lack of water can reduce tuber formation and afterwards reduce harvested yields. To produce optimal yield of garlic, it requires the setting of right volume and interval of watering, so that the purpose of this research is to find out the water needs, water volume and interval of watering of garlic in the highlands. The research was composed of two stages. The first stage is the determination of water needs while the second stage is an experiment of the determination of watering volume and interval. Determination of water needs using Cropwat v8.0 software, while the second study used a split plot design. The main plot was the watering volume consisting of 4 levels: 50%, 75%, 100%, and 200% ETc, while the subplots were watering intervals consisting of 4 levels: 2, 3, 4, 5, days. The results showed that the ETo values ranged from 3.42 to 4.15 mm day-1 with Kc values for garlic (Garlic) being 0.7 for the vegetative phase, 1.0 for the tuber formation, and 0.7 for the tuber ripening phase. Watering volume of 200% Etc resulted in plant height, stem diameter, number of leaves, leaf area, leaf thickness, root length, root volume, tuber diameter, number of cloves, tuber fresh weight, and tuber dry weight higher than other water volume treatments, except for the chlorophyll content. In general, watering intervals of 2 to 5 days had no effect on all observed variables, except for the number of leaves and the number of cloves. Watering interval of 2 days resulted in the improvement of number of leaves and cloves rather than the watering interval of 5 days.

Keywords : Garlic Drought stress ∙ Cropwat ∙ Highland 


Keywords


Bawang putih ∙ Cekaman kekeringan ∙ Cropwat ∙ Dataran tinggi

References


Ahmed, H.G., M.D. Magaji, A.I. Yakutu, L. Aliyu, and A. Sing. 2007. Respon of garlic to watering interval and clove size in semi-arid, Nigeria. Journal of Plant Sciences, 2(2): 202–208.

Ai, N.S. dan P. Torey. 2013. Karakter morfologi akar sebagai indikator kekurangan air pada tanaman. Jurnal Bios Logos, 3(1): 31–39.

Allen, R., L. Pereira, D. Raes, and M. Smith. 2015. FAO Watering and Drainage Paper No. 56 - Crop Evapotranspiration.

Anjani, E.D., Baswarsiati, dan Damanhuri. 2019. Uji daya hasil beberapa varietas dan aksesi bawang putih ( Allium sativum L.) di Ngantang kabupaten Malang. Produksi Tanaman, 7(12): 2294–2300.

Ariastuti, N.L.P.S., I.M. Suryana, dan C. Javandira. 2017. Penentuan waktu tanam bawang merah (Allium ascalonicum L) berdasarkan neraca air lahan di kecamatan Petang, kabupaten Badung. AGRIMETA, 7(13):40–52.

Arifin, M.S., A. Nugroho, dan A. Suryanto. 2014. Kajian panjang tunas dan bobot umbi bibit terhadap produksi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola. Jurnal Produksi Tanaman, 2(3): 221–229.

Balittanah. 2020. Hasil analisis contoh fisika tanah Lembang. Laboratorium Fisika Tanah. Balittanah. Bandung Barat.

Basuki, R., A. Efendi, dan C. Hermanto. 2019. Teknologi inovatif budidaya bawang putih. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung Barat.

Cunhua, S., J. Shi, D. Wang, B. Li, and D. Sun. 2011. Effects on physiological and biochemical characteristics of medicinal plant pigweed by drought stresses. Journal of Medicinal Plants Research, 5(17): 4041–4048.

Dewi, I., N. Trigunasih, dan T. Kusmawati. 2012. Prediksi erosi dan perencanaan konservasi tanah dan air pada daerah aliran sungai saba. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 1(1):12–23.

El-Latif, A.M.Kh., and A.A. Abdelshafy. 2017. Response of garlic productivity to surface and drip systems and watering amounts. Middle East Journal of Agriculture Research, 6(4): 981–995.

Falo, M., S.J. Kune, A.N. Hutapea, dan O.B. Kapitan. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan strategi pengembangan usahatani bawang putih di kecamatan Miomaffo Barat, kabupaten Timor Tengah Utara. Agrimor, 1(4): 84–87.

Fauziah, R., A. Susila, dan E. Sulistyono. 2016. Budidaya bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada lahan kering menggunakan penyiraman sprinkler pada berbagai volume dan frekuensi. Jurnal Hortikultura Indonesia, 7(1): 1–8.

Gupta, R., K.P. Mishra, and M.K. Hardaha. 2017. Response of garlic (Allium sativum L.) cv. G-282 to different watering levels under drip watering system. International Journal of Pure & Applied Bioscience, 5(6): 1334–1340.

Gwandu, H.A. and F. Idris. 2016. Effect of watering intervals on growth and yield of onion (Allium cepa L.) In Bunza, Kebbi State, Nigeria. International Journal of Research in Engineering and Science, 4(9): 42–45.

Haryati, U. 2014. Teknologi penyiraman suplemen untuk adaptasi perubahan iklim pada pertanian lahan kering. Jurnal Sumberdaya Lahan, 8(1): 43–57.

Hidayati, N., Hendrati, R.L., A. Triani, dan Sudjino. 2017. Pengaruh kekeringan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman nyamplung dan johar dari provenan yang berbeda. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 11(2): 99–111.

Islam, M.R. and R.U. Zaman. 2017. Response of garlic yield and storability to varying frequencies of watering. Agriculturae Conspectus Scientificus, 82(1): 7–11.

Jafar, S., A. Thomas, J. Kalangi, dan M. Lasut. 2013. Pengaruh frekuensi pemberian air terhadap pertumbuhan bibit jabon merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil). Cocos, 2(2): 1–13.

Junaedi, S. Thamrin, B. Darwisah, dan Budiman. 2020. Analisis kebutuhan air penyiraman pada pertumbuhan kapas (Gossypium hirtusum L.) di kecamatan Lamuru, kabupaten Bone. J. Agroplantae, 9(1): 48–57.

Latief, N., N. Musa, dan W. Pembengo. 2019. Pengaruh frekuensi pemberian air dan dosis phonska terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit ( Capsicum frutescens L.). JATT, 8(3): 262–268.

Manik, T.K., R.B. Rosadi, dan A. Karyanto. 2012. Evaluasi metode Penman-Monteith dalam menduga laju evapotranspirasi standar (ETo) di dataran rendah propinsi Lampung, Indonesia. Jurnal Keteknikan Pertanian, 26(2): 21612.

Nurchaliq, A., M. Baskara, dan N.E. Suminarti. 2014. Pengaruh jumlah dan waktu pemberian air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott var. Antiquorum ). Jurnal Produksi Tanaman, 2(5): 354–360.

Nurmala, T., A.W. Irwan, A. Wahyudin, dan F.Y. Wicaksono. 2017. Agronomi Tropis. Pustaka Giratuna. Bandung

Priyonugroho, A. 2014. Analisis kebutuhan air penyiraman (studi kasus pada daerah penyiraman sungai air keban daerah kabupaten Empat Walang). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 2(3): 457–470.

Ai, N.S., dan Y. Banyo. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada tanaman. Jurnal Ilmiah Sains, 11(2): 166–173.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3: Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. D. R. Lukman (penerj.) ITB Press. Bandung.




DOI: https://doi.org/10.24198/kultivasi.v21i1.34991

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Jurnal Kultivasi Indexed by:

       width=    

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


View Jurnal Kultivasi Stat