Pengaruh rizobakteri indigenous terhadap serangan penyakit budok, enzim peroksidase, dan pertumbuhan setek nilam Aceh

Halimursyadah Halimursyadah, Siti Hafsah, Siti Nurminah Nasution, Zuraida Zuraida

Abstract


Abstrak

Rizobakteri adalah kelompok mikroba yang aktif dan agressif mengkolonisasi area rizosfir. Mikroba ini mampu berperan sebagai biofertilizer, biostimulan, dan bioprotektan.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis isolat rizobakteri indigenous yang berpotensi sebagai agen biokontrol pada patogen Synchytrium pogostemonis penyebab penyakit budok pada tanaman nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala dan Kebun Percobaan Sektor Timur Fakultas Pertanian, Darussalam Banda Aceh. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan Mei 2021. Percobaan ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap dengan 15 perlakuan yang terdiri atas 14 perlakuan isolat rizobakteri dan perlakuan kontrol (tanpa rizobakteri). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat rizobakteri PS 4/5 dan PS 5/6PK merupakan perlakuan cenderung terbaik sebagai agen biokontrol terhadap patogen S. pogostemonis, penyebab penyakit budok, pada tanaman nilam berdasarkan peubah masa inkubasi penyakit, intensitas serangan penyakit, berat brangkasan basah, dan berat brangkasan kering. Hasil uji aktivitas enzim peroksidase menunjukkan aktivitas tertinggi pada tanaman nilam yang diberi perlakuan isolat rizobakteri PS 6/3A dengan nilai absorban sebesar 1,66 U mg-1.

Kata Kunci: Budok ∙ Patchouli ∙ Peroksidase ∙ Rizobakteri ∙ Tanaman

 

Abstract. Rhizobacteria are a group of microbes that are active and aggressive in colonizing the rhizosphere area. These microbes are able to act as biofertilizer, biostimulant and bioprotectant. The purpose of this study was to determine the type of indigenous rhizobacteria isolates that potentially served as biocontrol agents on the pathogen Synchytrium pogostemonis that causes budok disease on Aceh patchouli (Pogostemon cablin Benth.) cuttings. The research was carried out at the Seed Science and Technology Laboratory, the Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University and the Experimental Garden of the Sektor Timur, Faculty of Agriculture, Darussalam Banda Aceh. The study was carried out from January to May 2021 and it was arranged in a completely randomized design with a non-factorial pattern of 15 treatments levels, i.e., application of 14 indigenous rhizobacterial isolate and control (without rhizobacteria application). Each treatment was repeated three times. The result showed that rhizobacteria isolates, namely PS 4/5 and PS 5/6PK were determined as the best treatment of biocontrol agents against the pathogen S. pogostemonis based on disease incubation period,  intensity of disease attack, weight of wet stover, and weight of dry stover. The peroxidase enzyme activity test showed the highest activity in patchouli cuttings treated with PS 6/3A rhizobacteria isolates with an absorbance value of 1.66 U ml-1.

Keywords: Budok ∙ Patchouli ∙ Peroxidase  Rhizobacteria ∙ Plant


Keywords


Budok; Patchouli; Peroksidase; Rizobakteri; Tanaman

References


Agustiansyah, S. Ilyas, Sudarsono, dan M. Machmud. 2013. Karakterisasi rizobakteri yang berpotensi dan meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. J. HPT Tropika, 13(1): 42–51.

Anggraini, S. 2020. Potensi rizobakteri sebagai biofertilizer dalam memacu pertumbuhan mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Agrohita, 5(2): 155–167.

Apine, O.A. and J.P. Jadhav. 2011. Optimization of medium for indole-3-acetic acid production using Pantoea agglomerans strain PVM. Journal of Applied Microbiology, 110(5): 1235–1244. https://doi.org/ 10.1111/j.1365-2672.2011.04976.x

Arwiyanto, T., R. Asfanudin, A. Wibowo, T. Martoredjo, dan G. Dalmadiyo. 2007. Penggunaan Bacillus isolat lokal untuk menekan penyakit lincat tembakau temanggung. Berkala Penelitian Hayati, 13: 79-84.

Baffoni, L., F. Gaggia, N. Dalanaj, A. Prodi, P. Nipoti, A. Pisi, B. Biavati, and D.D. Gioia. 2015. Microbial inoculants for the biocontrol of Fusarium spp. in durum wheat. BMC Microbiology, 15(1): 8–10. https://doi.org/10.1186/s12866-015-0573-7

Bai, Y., B. Pan, T.C. Charles, and D.L. Smith. 2002. Coinoculation dose and root zone temperature for plant growth promoting rhizobacteria on soybean [Glycine max (L.) Merr] grown in soil-less media. Soil Biol. Biochem. 34: 1953-1957

Chakrapani, K.V., P. Kumar, and A.R. Rani. 2013. Review article phytochemical, pharmacological importance of patchouli. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 21(2): 7–15.

Djazuli, M. 2013. Pengaruh pemupukan kompos limbah nilam dan NPK terhadap pertumbuhan dan produksi nilam. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 24(2): 87-92.

Elsima, A., R.S. Ferniah, dan H.P. Kusumaningrum. 2019. Ekspresi gen penyandi peroksidase cabai merah (Capsicum annuum L.) sebagai respons terhadap fusarium oxysporum. Jurnal Akademika Biologi, 8(2): 30–35.

Ghorbanpour, M., M. Omidvari, P. Abbaszadeh-Dahaji, R. Omidvar, and K. Kariman. 2018. Mechanisms underlying the protective effects of beneficial fungi against plant diseases. Biological Control, 117: 147–157. https://doi.org/10.1016/j.biocontrol.2017.11.006

Husnihuda, M.I., R. Sarwiti, Y.E. Susilowati. 2017. Respon pertumbuhan dan hasil kubis ubnga (Brassica oleracea var. botrytis,L.) pada pemberian PGPR akar bambu dan komposisi media tanam. Jurnal Ilmu Pertanian Tropika Dan Subtropika, 2(1): 13–16.

Iturritxa, E., T. Trask, N. Mesanza, R. Raposo, M. Elvira-Recuenco, and C.L. Patten. 2017. Biocontrol of Fusarium circinatum infection of young Pinus radiata Trees. Forests, 8(2): 1–12. https://doi.org/ 10.3390/f8020032

Karthick, M., C. Gopalakrishnan, E. Rajeswari, V.K. Pandi. 2017. In vitro efficacy of Bacillus spp. against Fusarium oxysporum f. sp. ciceri, the causal agent of fusarium wilt of chickpea. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 6(11): 2751–2756. https://doi.org/10.20546/ijcmas.2017.611.325

Khaeruni, A. dan A. Rahman. 2012. Penggunaan bakteri kitinolitik sebagai agens biokontrol penyakit busuk batang oleh Rhizoctonia solani pada tanaman kedelai. J. Fitopatologi, 8(2): 37–43.

Komang, M., K. Khamilhi, dan A.G. Ngurah. 2013. Uji efektivitas rizobakteri sebagai agen antagonis terhadap Fusarium oxysporum F.Sp. capsici penyebab penyakit layu Fusarium pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika (Journal of Tropical Agroecotechnology), 2(3): 145–154.

Kusnanta, M.A. 2005. Identifikasi dan pengendalian penyakit karat palsu pada tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) dengan fungisida. [Tesis]. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta, Indonesia.

Madyasari, I., C. Budiman, D. Manohara, dan S. Ilyas. 2018. Efektivitas seed coating dan biopriming dengan rizobakteri dalam mempertahankan viabilitas benih cabai dan rizobakteri selama penyimpanan. Jurnal Hortikultura Indonesia, 8(3): 192. https://doi.org/10.29244/jhi.8.3.192-202

Nurmansyah. 2011. Pengaruh penyakit budok terhadap produksi tanaman nilam. B. Littro, 22(1): 65–73.

Pushpavathi, Y., S.N. Dash. 2017. Use of biocontrol agents: a potential alternative to fungicides for Fusarium wilt management of banana. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 6(7): 651–655. https://doi.org/10.20546/ijcmas.2017.607.079

Rahardjo, I. dan S. Suhardi. 2008. Insidensi dan intensitas serangan penyakit karat putih pada beberapa klon krisan. Jurnal Hortikultura, 18(3): 136764. https://doi.org/10.21082/jhort.v18n3.2008.p

Sukamto, M. Syakir, dan M. Djazuli. 2014. Pengendalian penyakit budok pada tanaman nilam dengan agensia hayati dan pembenah tanah. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik, 3: 321–328.

Sumardiyono, C., S. Hartono, Nasrun, dan Sukamto. 2013. Pengendalian penyakit budok dengan fungisida dan deteksi residu pada daun nilam. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 9 (3): 89-94.

Vidhyasekaran, P., N. Kamala, A. Ramanathan, K. Rajappan, V. Paranidharan, R. Velazhahan. 2001. Induction of systemic resistance by Pseudomonas fluorescens Pf1 against Xanthomonas oryzae pv. oryzae in rice leaves. Phytoparasitica, 29(2): 155–166. https://doi.org/10.1007/BF02983959

Wahyuno, D. 2015. Pengelolaan perbenihan nilam untuk mencegah penyebaran penyakit budok (Synchytrium pogostemonis). Perspektif: Review Penelitian Tanaman Industri, 9(1): 1–11. https://doi.org/10.21082/p.v9n1.2010.

Wahyuno, D. dan Sukamto. 2013. Identifikasi dan karakterisasi Sclerotium rolfsii Sacc . penyebab penyakit busuk batang nilam (Pogostemon cablin Benth). Jurnal Bul.Littro, 24(1): 35–41.

Yuliyanti, T., S.Y. Hartati, dan R. Indrayanti. 2017. Uji ketahanan nilam terhadap Synchytrium pogostemonis penyebab penyakit budok dan potensi pengendaliannya dengan pestisida nabati. Bioma, 13(2): 31–40. https://doi.org/10.21009/bioma13(2).5




DOI: https://doi.org/10.24198/kultivasi.v21i1.36316

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Jurnal Kultivasi Indexed by:

       width=    

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


View Jurnal Kultivasi Stat