FREEDOM OF EXPRESSION DI MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA SECARA KREATIF DAN BERTANGGUNG JAWAB: BAGI SISWA SMA AL-MA’SOEM RANCAEKEK DAN SMA MUHAMMADIYAH PANGANDARAN

Abstrak

Tidak terpungkiri berakhirnya pemerintahan Orde Baru di pertengahan tahun 1998, telah mengantar masyarakat negeri ini memasuki Era Reformasi. Era yang membuka ruang publik untuk bebas berekspresi. Setiap orang dapat mengekspresikan diri baik secara lisan maupun melalui media. Kebebasan berekspresi yang dijamin Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM pasal 14 dan 32 telah menjelma menjadi kebebasan yang seakan tanpa batas dalam kehidupan keseharian masyarakat. Bahkan dalam media sosial kebebasan berekspresi sudah melampaui batas etika sebagai makhluk Tuhan yang selayaknya mengedepankan ahlak. Caci maki, sumpah serapah, bahkan fitnah kerap menjadi tontonan dan bacaan keseharian saat pengguna media sosial berekspresi.  Rasa jera tidak lagi menjadi kepedulian sebagian masyarakat, saat penjara menjadi hukuman untuk mereka yang menebar caci maki dan sumpah serapah yang penuh fitnah. Beratnya sanksi Pasal 27 dalam UU No. 19 Tahun 2016 tentang ITE pun kerap diabaikan. Pelatihan kebebasan berekspresi yang kreatif dan bertanggungjawab di ruang publik kepada masyarakat pengguna media sosial menjadi penting. Salah satu pengguna dan  pelaku potensial dalam pelanggaran berekspresi di media sosial adalah remaja. Oleh karena itu remaja dapat menjadi sasaran khusus kegiatan pelatihan ini. Tujuan kegiatan pelatihan ini adalah untuk memberi pemahaman yang utuh dan benar kepada siswa SMA Al Ma’soem Rancaekek Kabupaten Bandung dan SMA Muhammadiyah Kabupaten Pangandaran dalam menggunakan hak kebebasan berekspresi secara bertanggungjawab. Kegiatan pelatihan pada masing-masing sekolah dilakukan selama satu hari dan dibagi ke dalam dua sesi. Metode pelatihan menggunakan ceramah dan diskusi interaktif.

Kata kunci: ekspresi, etika, kebebasan, media sosial