Nilai-nilai kearifan lokal pada unsur naratif dan sinematik film Jelita Sejuba
Abstract
Jelita Sejuba merupakan film layar lebar yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal di Pulau Natuna. Dengan kreativitas yang tinggi, sutradara film mengemas dialog melalui narasi percintaan gaya anak muda Natuna. Hal yang menjadi filosofi film ini diproduksi dengan maksud memperkenalkan Natuna melalui unsur naratif dan sinematik film. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada tiap simbol budaya pada film tersebut. Penelitian ini menggunakan studi kuasi-kualitatif deskriptif dengan paradigma post-positivistik. Melibatkan beberapa sineas, kritikus, dan penikmat film sebagai sumber data untuk memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan wawancara. Hasil yang diperoleh bahwa nama Jelita merepresentasikan kecantikan dan keluhuran budi anak gadis Natuna. Kecantikan tersebut dianalogikan seperti kecantikan pulau Natuna yang disebut Sejuba. Analisis data penelitian juga memaparkan nilai-nilai kearifan lokal melalui unsur sinematik film, antara lain set lokasi dengan menggunakan latar belakang pulau Natuna meliputi rumah khas masyarakat Natuna yang terletak di pinggir pulau, keindahan bebatuan yang menjulang tinggi, dan pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang pulau Natuna. Temuan nilai kearifan lokal lainnya yakni terkait dengan penggunaan bahasa Melayu di beberapa adegan film Jelita Sejuba. Nilai kearifan lokal juga dapat dirasakan ketika penonton dimanjakan dengan tata musik Melayu serta tata artistik daerah Natuna. Film Jelita Sejuba juga menampilkan makanan khas daerah Natuna yang digambarkan pada unsur naratif dan sinematik film.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Alfarabi, Venus, A., Syafirah, N. A., & Salam, N. E. (2019). Media identitas Melayu pascareformasi di Indonesia. International Journal of Multicultural and Mutireligious Understanding, 6(1), 21–31.
Badan Pusat Statistik Kab. Natuna. (2017).
Baksin, A. (2003). Membuat film indie itu gampang. Bandung: Katarsis.
Baron, J. (2012). The archive effect: archival footage as an experience of reception. Projections, 6(2), 102–120. DOI: http://doi.org/10.3167/proj.2012.060207.
Creswell, J. W. (2008). The use of theory. SAGE Publication.
Creswell, J. W. (2014). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayat, D., & Hafiar, H. (2019). Nilai-nilai budaya soméah pada perilaku komunikasi masyarakat Suku Sunda. Jurnal Kajian Komunikasi, 7(1), 84–96.
Hidayat, D., Kuswarno, E., Zubair, F., & Hafiar, H. (2018). Public relations communication behavior through a local-wisdom approach: the findings of public relations components via ethnography as methodology. Malaysian Journal of Communication, 34(3), 56–72.
Hidayat, D., Kuswarno, E., Zubair, F., Hafiar, H., Bina, U., Informatika, S., & Padjadjaran, U. (2017). Message platform atribut siger Lampung di dalam kebhinekaan multikultur. Jurnal Kajian Komunikasi, 5(1), 91–101. DOI: https://doi.org/10.24198/jkk.v5i1.9481.
Ida, R. (2014). Metode penelitian studi media dan kajian budaya. Jakarta: Prenada Media Grup.
Karnanta, K. Y. (2012). Ekonomi politik film dokumenter indonesia dependensi film dokumenter Indonesia kepada Lembaga Donor Asing (Vol. 1).
Munanjar, A. (2016). Analisis wacana Van Dijk tentang realitas beda agama pada film Cin(T)a. Jurnal Komunikasi, VII, 1–6.
Noviani, R. (2011). Konsep diri remaja dalam film Indonesia: analisis wacana atas film remaja Indonesia tahun 1970-2000-an. Jurnal Kawistara, 1(1), 40–54. DOI: http://doi.org/10.22146/kawistara.3905.
Pakaradena, A., Hafiar, H., Nugraha, A. R., Studi, P., Masyarakat, H., Komunikasi, F. I., & Padjadjaran, U. (2018). Proses public relations dalam program Layar Tancap Untuk Semua oleh SCTV. Pro TVF, 2(September).
Pratista, H. (2008). Memahami film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.
Rukmi, P., & Lakoro, R. (2012). Perancangan concept art game berlatar budaya Majapahit sebagai media komunikasi. Sains Dan Seni, 1(1), 1–5.
Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2010). Komunikasi lintas budaya; communication between cultures (7th ed.). Jakarta: Salemba Humanika. Diakses dari http://www.penerbitsalemba.com.
Saptya, R., Permana, M., Puspitasari, L., & Indriani, S. S. (2018). Strategi promosi pada tahapan pra-produksi film haji asrama (HAS). ProTVF, 2(September).
Suryanto, H. (2018). Film as cultural diplomation assets. Capture, 9(2), 47–55. DOI: http://doi.org/10.33153/capture.v9i2.2089.
Susilowati, E., Dhanang, R., & Noor, N. (2014). Penanaman nilai-nilai nasionalisme pada generasi muda di Kepulauan Natuna. Humanika, 19(1), 158–170.
Vajdovich, G. (2019). National identity in Hungarian cinema between 1929 and 1947. Studies in Eastern European Cinema, 3518. DOI: http://doi.org/10.1080/2040350X.2018.1556560.
DOI: https://doi.org/10.24198/ptvf.v3i2.21264
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Dasrun Hidayat, Zainur Rosidah, Maya Retnasary, Mahardiansyah Suhadi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ProTVF Indexed by:
Editorial Office of ProTVF:
Faculty of Communication Science, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang, Indonesia 45363
WhatsApp: +6283111519064 (Anggi Lestari)
Telephone: +62227796954
Faximile: +62227794122
E-mail: jurnalprotvfunpad@gmail.com
ProTVF Supervised by:
View My Stats