PASAR BERAS SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN USAHA TANI MASYARAKAT PEDESAAN

Suparmo -, Rudi Kurniawan, Suryaningsih Achmad

Abstract


Sepuluh tahun belakangan Bandung tidak memiliki lagi pasar induk khusus beras,
apakah masyarakat ibukota propinsi produsen beras terbesar telah menyukai
model pasar beras yang dianggap pilihan terbaik pemerintah daerah. Bagaimana
dengan nasib kesukaan mereka atas kehadiran pasar induk khusus makanan
pokok ini seperti beberapa desa warsa lalu. Data riset dikumpulkan dari sekitar
delapan pasar tradisional dengan cara random sampling untuk memilih 40
responden pedagang beras, interview dengan menggunakan kuesioner. Kota
Bandung berlatar belakang Jawa Barat sebagai lumbung padi terbesar. Jawa
Barat telah memasok 10 juta ton atau 20 persen dari total produksi padi nasional
pada tahun 1999 ternyata 54 persen pedagang beras kota ini lebih menyukai
kehadiran pasar induk khusus beras relatif dibandingkan pasar konvensional yang
ada. Cukup layak bagi ibukota daerah berair banyak dilengkapi dengan pasar
induk khusus beras yang jauh dari gangguan lingkungan pasar ikan, sayuran dan
buahan yang kotor, lembab atau busuk yang dapat mengganggu cadangan dan
timbunan beras para pedagangnya. Kesukaan atas pasar induk khusus beras
dikaji dalam kaitan dengan volume perdagangan, prospek usaha, umur
pedagang, pendidikan, pengalaman berdagang, modal lancar dan stok beras.
Data disajikan setelah diproses dengan model sajian tabel-silang guna melihat
posisi preferensi atas kehadiran pasar induk khusus beras terkait dengan pasar
bebasnya. Dua pasar pertama berkaitan secara negatif dan pasar lainnya
berpengaruh secara tidak jelas, positif atau negatif. Arti negatif, bilavolume
penjualan dan prospek usaha kian berkembang membaik maka pedagang lebih
menyukai model konvensional atau kurang menyukai model pasar induk khusus
beras. Areal pasar khusus beras yang potensial dipilih adalah di sebelah timur
kota Lokasi belah timur lebih sesuai dengan pengembangan kota yang mengarah
ke timur tak begitu jauh dari lokasi dua pasar induk yang juga berada di belah
timur. Pasar induk ini diharapkan bisa mengurangi jumlah truk yang beroperasi di
tengah-tengah kota dalam mendistribusikan beras di banyak grosir di berbagai
pasar. Daya tarik ini diharapkan ikut mengurangi kemacetan kota. Dalam jangka
panjang daya tarik pasar khusus beras dapat menghasilkan retribusi daerah guna
mendukung pemerintah daerah yang otonom.
Kata kunci : Pasar induk, pasar beras, sajian tabel silang, retribusi, otonom.



DOI: https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v3i3.5204

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2001 Sosiohumaniora

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 Sosiohumaniora Indexed By:

 

width= width= width= width=120 width= width=  width=  width= width= width= width= width=  width= width=120 

Lisensi Creative Commons Creation is distributed below Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

  

Visitor Statistics


Published By:

Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Padjadjaran

Dean's Building 2nd Floor, Jalan Ir. Soekarno Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363

Email: jurnal.sosiohumaniorafisip@gmail.com