PENGEMBANGAN KEBIJAKAN KAWASAN EKO-INOVASI (STUDI KASUS KAWASAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, KOTA TANGERANG SELATAN)

Sri Setiawati -, Hadi Alikodra -, Bambang Pramudya -, Arya Hadi Dharmawan -

Abstract


Secara konsep, strategi dan paradigma yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan,
baik pada level makro, meso maupun mikro sudah mampu menggeser paradigam lama seperti paradigma
pertumbuhan ekonomi sampai pada tahun 1970 dan paradigma yang menekankanpada aspek pemerataan hasilhasil
pembangunan. Namun demikian, dalam tataran implementasi sampai saat ini belum memberikan hasil yang
menggembirakan. Oleh karena itu dalam pertemuan KTT Rio+20 tahun 2012 mendeklarasikan dokumen baru
pembangunan berkelanjutan dengan judul ”The Future We want”. The Future We Want yang menekankan kepada
semangat bersama walaupun berbeda tanggung jawab, dan menekankan pada pembangunan ekonomi hijau yang
lebih dapat diterima oleh para pelaku ekonomi. Kawasan PUSPIPTEK yang memiliki lahan seluas 460 hektar
sampai saat ini masih terjaga sebagai kawasan hijau dengan ruang terbuka hijau lebih dari tiga puluh persen.
Kawasan PUSPIPTEK memiliki lahan seluas 460 Ha sampai saat ini masih terjaga sebagai kawasan hijau dengan
ruang terbuka hijau lebih dari 30 persen. Berpedoman pada konsep-konsep yang dikembangkan dalam menjadikan
kawasan menjadi kawasan ekologi , maka Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai sebuah kawasan yang
memiliki 47 Balai / Pusat / laboratorium, industri berbasis teknologi serta sarana pendukung publik dimana di
dalamnya terdapat 5 institusi meliputi Kementerian Ristek, BPPT, LIPI, Batan serta Kementerian Lingkungan
Hidup dapat dilihat sebagai model eko-inovasi dimana terjadi aliran proses dan produk. Tujuan penelitian adalah
menyusun pengembangan kebijakan eko-inovasi pada kawasan PUSPIPTEK. Selanjutnya untuk mengembangkan
model pengelolaan eko-inovasi digunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Intrepretative Structural Model
(ISM) digunakan untuk pengembangan model kelembagaan eko-inovasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
model pengelolaan yang dipilih adalah model pengelolaan partnersip (kemitraan) dimana hal ini sesuai dengan
harapan pemangku kepentingan di kawasan PUSPIPTEK. Sementara itu, untuk mengembangkan kelembagaan
eko-inovasi telah diidentifikasi ada 6 elemen yang memegang peranan penting meliputi; partisipasi pemangku
kepentingan, sistem perencanaan, biaya pengelolaan lingkungan, prilaku stakeholder, kualitas SDM dan aturan
pengelolaan limbah. Dengan demikian, untuk dapat mengimplementasikan konsep eko-inovasi di kawasan
PUSPIPTEK diperlukan restrukturisasi kelembagaan PUSPIPTEK.




DOI: https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v17i2.7308

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2015 Sosiohumaniora

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 Sosiohumaniora Indexed By:

 

width= width= width= width=120 width= width=  width=  width= width= width= width= width=  width= width=120 

Lisensi Creative Commons Creation is distributed below Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

  

Visitor Statistics


Published By:

Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Padjadjaran

Dean's Building 2nd Floor, Jalan Ir. Soekarno Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363

Email: jurnal.sosiohumaniorafisip@gmail.com