SEKOLAH INKLUSI SEBAGAI ARENA KEKERASAN SIMBOLIK
Abstract
Penelitian ini mendeskripsikan kekerasan simbolik yang terjadi di sekolah favorit. Ketika siswa dari keluarga miskin diberi kesempatan bersekolah di sekolah yang mayoritas siswa berasal dari kelas atas, maka siswa dari kelas bawah akan mengenal banyak habitus kelas atas. Di sinilah awal terjadinya kekerasan simbolik di sekolah. Studi ini menggambarkan bagaimana siswa miskin melakukan interaksi sosial di sekolah meskipun memiliki habitus yang berbeda dengan habitus mayoritas siswa di sekolah. Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah sekolah yang didominasi siswa kelas atas di Kota Cilacap. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai beberapa siswa miskin di sekolah tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa beberapa siswa merasa minder ketika harus berinteraksi dengan siswa kaya. Mereka sulit mengikuti habitus temannya yang berasal dari kelas atas, misalnya: nonton film di bioskop, jalan-jalan ke mall, dan lainnya. Siswa lain memiliki bersikap masa bodoh dan tidak dekat dengan temannya yang berbeda kelas sosial. Kesimpulan studi menyatakan bahwa sekolah inklusi yang mengakomodasi siswa dari banyak golongan sosial ekonomi merupakan upaya strategis pemerataan kesempatan belajar. Namun di sisi lain, ketika sebuah sekolah didominasi siswa dari kelas atas, maka kondisi ini sebenarnya kurang menguntungkan bagi siswa miskin di sekolah yang tersebut.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Bourdieu, P. (1973). Cultural Reproduction and Social Reproduction, in: Knowledge, Education, and Cultural Change. London: Tovistock.
Bowles, S. & Gintis, H. (1978). Schooling in Capitalist America. New York: Basic Books.
Candland, C.D. (20000. Faith as social capital: Religion and community development in Southern Asia. Policy Science, 33, 355-374..
Giddens, A. (2006). Sociology, 5th Edition. Cambridge: Polity Pres.
Haralambos, M. & Holborn, M. (2007). Sociology: Themes and Perspectives. London: Harper Collins Publisher.
Hardiman, F.B. (2010). Ruang Publik: Melacak Partisipasi Demokratis dari Polis sampai Cyberspace. Yogyakarta: Kanisius.
Martono, N. (2012). Kekerasan Simbolik di Sekolah: Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre Bourdieu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Martono, N. (2014). Dunia Lebih Indah Tanpa Sekolah. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Martono, N. (2014). Sosiologi Pendidikan Michel Foucault. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sadovnik. (2016). Exploring Education: An Introduction to the Foundations of Education. New York: Routledge.
Wacquant, L. (2013). Symbolic power and group-making: On Pierre Bourdieu’s reframing of class. Journal of classical sociology, 13, (2), 274-291.
DOI: https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v21i2.18557
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Sosiohumaniora

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Sosiohumaniora Indexed By:
Creation is distributed below Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Published By:
Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Padjadjaran
Dean's Building 2nd Floor, Jalan Ir. Soekarno Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363
Email: jurnal.sosiohumaniorafisip@gmail.com